Caleg Gagal Siap Unjuk Gigi Di Pilkada Alor

  • Whatsapp

Oleh Pepenk Karempenk

Akhirnya gendang pertempuran di tabuh. Nama-nama jawara yang terbidik akan bertarung dalam gelanggang perpolitikan Garuda Satu dan Garuda Dua (Cabup /Cawabup) Kabupaten Alor bermunculan setelah pengumuman korban positif Covid-19 meredah hingga Provinsi Nusa Tenggara Timur berangsur pulih dari terjangan pandemik dari Negeri Panda ini.

Tak ubah seperti demam politik para kandidat ini mulai menari bersama isu yang tersesuaikan dengan situasi.

Semua ini bermula ketika partai politik memainkan politik eksistensi dalam situasi pandemik lalu. Sembako – sembako berhamburan menuju ke Desa, disusul semprot menyemprot disinfektan, pembagian vitamin hingga penyaluran masker bergambarkan logo partai yang turut meramaikan pemberitaan di media sosial, media cetak maupun online. Shodaqoh politik besar-besaran berlangsung tak terkontrol.

Selama fenomena langka ini berlangsung, kabar akan adanya pembahasan kembali RUU Pemilu melahirkan gejolak baru dalam konstalasi politik regional. Para kandidat yang diisukan akan turut meramaikan kontestasi politik daerah mulai berhamburan keluar dari persembunyiannya. Dengan berbagai metode pendekatan dari naratif hingga persuasif mencoba mencuri simpatik dan empati masyarakat berjubah silaturahmi.

Even-even kembali digelar, silaturrahmi kembali dibangun, rumah adat di setiap kampung di Alor nyaris tidak pernah sepi dari hilir mudik para generasi-generasi berbakat yang akan menghibahkan dirinya sebagai pemimpin di Kabupaten Alor pasca kepemimpinan Amon-Imran.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa konstitusi telah menjamin hak setiap warga negara Indonesia memilih dan dipilih, sehingga tidak menjadi masalah siapapun mau maju dan mencalonkan diri di kanca pergumulan politik di bilik eksekutif.

Dalam tarung politik Kabupaten Alor mendatang ini ruang demokrasi sangat terbuka sehingga siapa saja masih memiliki peluang untuk memenangkan pertarungan. Selain terbukanya ruang demokrasi diatas ada satu peluang luar biasa bagi siapapun yang memiki akses ke Partai Politik untung mengguling kandidat lainnya.

Namun, ada beberapa kandidat yang yang menurut akademisi Rahmad Nazir, dalam kontestasi kali ini, beberapa petarung politik masih minim dalam hal evaluasi diri, mereka harus berani mengukur diri kembali bahwa mereka pernah mengalami kekalahan dalam kontestasi di Pemilihan legislatif padahal lingkup kontestasi hanya terbatas Daerah Pemilihan. Masa Daerah Pemilihan (Dapil) dalam kontestasi Pileg saja masih belum berhasil terkondisikan kok ingin bertarung dalam skala besar (Lingkup Kabupaten)?. Mari berpolitiklah secara berjenjang.

Dalam kacamata pribadi saya, fenomena ini bisa dibaca sebagai fenomena caleg-caleg gagal unjuk diri dalam kontestasi politik pilkada untuk menaikkan elektabilitas agar bisa terpilih dalam pileg mendatang atau bahasa ABG- nya adalah numpang tenar.

Kedepan kita akan melihat semua kenyataan bahwa tidak semua yang kuat di media akan kuat juga di lapangan. Entahlah apapun itu hasil akhirnya. Karena hal terdinamis selain kondisi emosi kaum hawa adalah Dinamisnya Politik. (*)

Komentar Anda?

Related posts