Seba, seputar-ntt.com – Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi (SPK) mengunjungi Kampung adat Namata di Desa Raeloro, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua pada, Kamis, (21/11/2024). Di Kampung Adat Namata, SPK diterima secara adat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari orang Sabu. Hal itu ditandai dengan diberi makan gula Sabu dan kacang hijau.
Simom Petrus Kamlasi diberi nama AMa Pannu Pe sesuai namanya Simon Petrus. Pannu Pe adalah bulan terang selepas purnama. Demikian juga dengan sang istri Esther Meilani Kamlasi – Siregar diberi nama Ina Ratu sesuai namanya Esther. Ina Ratu memiliki makna seorang perempuan yang mampu memimpin kaumnya.
“Pemberian nama itu mempunyai makna dan juga merupakan doa. Ma Pannu Pe adalah nama yang diambil dari nama bapak Simon Petrus Kamlasi sendiri. Artinya bulan terang setelah purnama. Harapan kita agar dia akan bersinar tanpa memilah sebab demikianlah adanya seorang pemimpin,” ujar Marihi yang menjadi juru kunci rumah adat di kampung Namata.
Pemberian nama bagi seseorang kata Marihi, adalah sebuah simbol penerimaan secara adat dan diterima sebagai keluarga. Jika sudah jadi keluarga maka akan saling mendukung dalam hal apapun. Dia juga memberi apresiasi kepada Simon Petrus Kamlasi yang telah meluangkan waktunya untuk datang mengunjungi kampung adat Namata.
“SPK datang pada saat yang tepat. Secara adat orang Sabu, dia datang saat kita sedang mempersiapkan kebun untuk menyambut hujan dan masa tanam. Saat ini beliau sedang berjuang untuk menjadi pemimpin di NTT dan datang ke rumah adat yang melahirkan para pemimpin dari Sabu Raijua. Doa kami, SPK akan memimpin NTT,” harap Marihi.
Sementara Simon Petrus Kamlasi pada kesempatan tersebut mengapresiasi penerimaan secara adat yang dilakukan oleh penunggu dan juru kunci rumah adat Namata. Dia merasa bangga karena dipakaikan pakaian adat Sabu dan disambut dengan adat yang membuatnya terharu.
“Ini sebuah moment yang tidak akan saya lupakan. Saya mendapatkan satu nama yang penuh makna. Diberi dengan tulus dan penuh doa. Jadi ketika bertemu dengan orang Sabu dimana saja, saya akan perkenalkan diri bahwa nama saya Ma Pannu Pe. Nama ini yang akan mengikat saya dengan orang Sabu Raijua sampai kapanpun,” ujarnya.
Simon Petrus Kamlasi mengatakan, Kampung adat Namata harus dijaga dan dipelihara keberadaannya sebagai simbol budaya dan harga diri orang Sabu Raijua. Kedepan, Pemerintah Provinsi di masa kepemimpinan SIAGA akan memberi porsi yang besar bagi Kampung adat dan rumah adat yang saat ini di ambang kepunahan.
“Dalam program kita SIAGA budaya itu ada revitalisasi rumah adat dan ini akan kita terapkan di kampung adat Namata ini. Kita tata dengan baik sarana dan prasarana pendukung supaya wisatawan yang datang bisa nyaman. Pariwisata kita jadikan sebagai prime mover dalam membangun NTT dan kita tata rumah adat dan kampung adat serta situs sejarah yang ada di mana saja di NTT,” ujar SPK. (*)