Kupang, seputar-ntt.com – Untuk membayar gaji guru guru pada sekolah sekolah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Pengurus Kaum Bapak Sinode (PKBS) GMIT membuat gerakan lima ribu rupiah (GEMARIPA).
Hal itu disampaikan Ketua PKBS GMIT, Dr. Roddialek Pollo Molle pada acara coffe morning discussions (CMD) Harapan dan Tantangan Sekolah GMIT yang digelar PKBS di aula Lantai III, gedung Pasca Sarjana Undana, akhir pekan lalu. GEMARIPA ini muncul merespon persoalan selama ini dimana insentif guru guru GMIT yang rendah.
Menurut Pollo, semoga usaha awal PKBS melalui GEMARIPA membantu pengembangan pendidikan GMIT akan diberkati Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja.
Selanjutnya mantan Ketua DPD Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) NTT ini menegaskan agar PKBS dipercaya maka pihaknya akan mengelola dana tersebut secara bertanggungjawab, transparan dan akan sampai pada guru guru yang sangat membutuhkan.
Sebagai akuntabilitas PKBS ke publik pihaknya akan menggunakan akuntan publik untuk mengaudit pengelolaan dana dari GEMARIPA. “Ini menyangkut trust. Ada banyak warga GMIT yang ingin membantu para guru GMIT. Kalau kita salah mengelola orang tidak akan percaya,” ungkap mantan Ketua GMKI Cabang Kupang ini.
CMD yang dipandu Ana Djukana tersebut menghadirkan beberapa nara sumber yakni Majelis Sinode (MS) GMIT/Bidang Pendidikan GMIT, Pdt. Yahya Millu, Kadis P dan K NTT, Linus Lusi, SPd, MPd, Ketua Dewan Pakar Persatun Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) NTT, Dr. Roddialek Pollo, Kepala Sekolah SD GMIT Airnona, Komite Sekolah, Fredy Bolang dan Kepala Penjamin Mutu Pendidikan NTT, Herdiana.
Pada kesempatan tersebut Pdt. Yahya Millu menyampaikan tantangan sekolah GMIT yakni masalah penbiayaan, sarana prasarana, pendidik dan tendik, mutu lulusan, akreditasi dan kemitraan.
Dia mengemukakan kondisi sekolah GMIT di bawah 2100 kilo kalori yang artinya kurikulum belum ada, akademik belum merata, lokasi terpencil, orang miskin, relasi gereja minim dan insentif guru rendah.
Lebih lanjut mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ini mengatakan tanggapan jemaat GMIT terhadap kondisi kondisi sekolah GMIT yakni ditutup atau dinegerikan versus mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah.
Solusi yang ditempuh menurut pendeta yang juga alumni Fakultas Pertanian Undana ini yakni menempuh kebijakan yakni menetapkan bulan pendidikan untuk dirayakan warga GMIT setiap bulan juli dalam tahun berjalan, kebijakan kelembagaan melalui Yayasan Pendidikan Kristen (Yapenkris), kebijakan finansial dana dua persen pendidikan, kebijakan pendidikan tiga dokumen pendidikan.
Dia menguraikan kebijakan finansial total dua persen per tahun, setoran jemaat meningkat setiap tahun, setoran dua persen dan 10 persen belum sejajar, total sekolah GMIT yang harus didanai 596 unit, total guru honor 5000 orang dan karyawan Yapenkris 13 orang.
Selanjutnya ia menambahkan kebijakan pendidikan dengan tiga dokumen grand design pendidikan GMIT 2020-2031, Tata Kelola Pendidikan GMIT serta Road Map Pendidikan GMIT 2020-2023.
Visi pendidikan GMIT menurut dia, pendidikan kristen berhikmat, iman dan kepandaian, Pancasilais, empat pilar berbangsa serta global yakni bergaul dengan bangsa bangsa lain.
Penanggung jawab CMD Jack Ratu dan Eduard Lomi Gah, sebagai pengurus PKBS.
Eduard menyebutkan yayasan persekolahan yang dikelola GMIT sudah berkiprah di sebahagian wilayah NTT sejak sebelum masa kemerdekaan dan memberikan kontribusi positif dalam pengembangan sumberdaya manusia yang handal.
Kepala Sekolah SMA Kristen ini mengemukakan kondisi saat ini menunjukkan bahwa sekolah yang dikelola oleh GMIT banyak menghadapi tantangan, terutama masalah finansial yang akhirnya berdampak pada mutu pendidikan sekolah GMIT yang stagnan dan tidak dapat bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya khususnya di era pemberlakuan kurikulum merdeka saat ini.
Mantan Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) FKIP Undana ini menambahkan untuk mengatasi kesenjangan tersebut diharapkan GMIT melalui Yapenkris melakukan terobosan untuk menjawab tantangan ke depan.
Tujuan CMD ini ujarnya agar memiliki kesepahaman dalam pengelolaan sekolah GMIT dan memberikan kontribusi pemikiran dalam mengatasi permasalahan sekolag GMIT.
CMD setengah hari tersebut berlangsung dinamins dimana banyak masukan masukan konstruktif bagi penanganan persoalan sekolah sekolah GMIT.
@Transparan@
Beberapa warga GMIT yang ditemui secara terpisah terkait GEMARIPA PKBS GMIT ini merespon baik. Salah satunya Juliana Ndolu, SH, M. Hum menyambut baik dan senang terhadap gerakan tersebut.
Hanya saja mantan Koordinator Rumah Perempuan ini mengingatkan PKBS agar sungguh sungguh bertanggungjawab dalam pengumpulan dan pengelolaan dana dana tersebut, transparan sehingga dipercaya dan gerakan tersebut bisa berlanjut.(non)