Andyos Manu, Caleg Muda di Dapil Neraka

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Pembawaannya yang tenang dan tidak banyak bicara, membuat dia memiliki pesona sendiri. Terlahir sebagai anak pendeta tapi bertumbuh di tanah Nagi membuat dia menjadi pribadi yang toleran. Dia adalah Tri Andyos Prawira Manu. Orang muda yang sedang berjuang sebagai calon legislatif dari Daerah Pemilihan (Dapil) NTT 7 yang meliputi Kabupaten TTU, Belu dan Malaka. Pada Pemilu kali ini Andyos, demikian sapaan akrabnya, memilih berjuang bersama Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). Ini kali kedua dia mengikuti kontestasi politik lima tahunan di Indonesia. Masih dari Dapil yang sama.

Sebagai wartawan, Andyos Manu sudah terbiasa dengan getaran hingga agenda seting dunia politik. Bagi dia, bukan hal yang tabu jika seorang wartawan yang kerjanya menulis fakta lalu kemudian memilih jalur politik untuk memperjuangkan apa yang selama ini dia tulis. Sebagai warga negara yang punya hak politik, tidaklah berdosa jika dia ingin merasakan resonansi yang berbeda dalam melayani rakyat. Tujuannya sama, Cuma tugas dan tanggungjawab yang beda. Tugas dan fungsi seorang wakil rakyat juga memiliki keterbatasan. Dia hanya memiliki memiliki tugas untuk melakukan pengawasan, anggaran dan legislasi. Tapi jika semua tugas itu dilaksanakan secara baik dan benar sebenarnya sudah cukup untuk memastikan tidak ada uang rakyat yang bocor, sebab setiap sen dari anggaran selalu dihitung dan diawasi secara baik lalu dibarengi dengan aturan yang berpihak pada kepentingan rakyat.

Secara politik, Dapil NTT 7 adalah dapil neraka bagi Andyos Manu, jika melihat dari mayoritas agama. Sebagai warga Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), dia sadar bahwa medan yang dia pilih memang terjal tapi dia percaya bahwa niat baik akan memudahkan setiap perjuangan.Tapi sebagai anak Kefa dimana rumah tua berada dan jasad ayahanda dikebumikan maka, bagi Andyos, itu adalah tanah asalnya. Disana hidup saudara yang sedarah dengannya. Disana keluarga besar hidup dan beranak pinak. Bagi Andyos Manu, TTU adalah rumah dimana rindu selalu tertaut dan selalu mendiami palung hati.

Untuk Pemilu kali ini, Andyos Manu punya ekspektasi yang berbeda sebab vibes anak muda sedang naik daun di moment kontestasi lima tahunan ini. Bersama Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Tri Andyos Prawira Manu mendapatkan nomer urut 1 di Dapil NTT 7, TTU, Belu dan Malaka. Pemilu lalu dia sudah keliling tiga kabupaten itu. Bersama orang yang dia sayang, yang kemudian pergi meninggalkan dia seorang sendiri. Pengalaman lima tahun lalu adalah guru bagi Andyos Manu untuk lebih semangat bekerja dalam memenangkan hati pemilih.

Sebagai pengurus PKN Provinsi NTT, Andyos Manu kini lebih muda berkonsolidasi lewat jalur partai. Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika ada hajatan politik, maka riuh rendahnya dukungan terhadap setiap kandidat akan bergema dimana-mana. Berbagai strategi akan dimainkan dengan tujuan agar kandidat yang didukung akan mendapat simpati pemilih. Jika semua bermain sesuai aturan main, maka permainan politik akan terlihat indah. Namun jika tidak, maka politik bisa memecah belah masyarakat. Ini yang harus diwaspadai oleh masyarakat.

Bagi Andyos Manu, seorang politikus dan calon pemimpin, harus mampu menjual ide yang cemerlang kepada masyarakat. Bukan dengan menebar isu. Dengan menyampaikan ide, akan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menilai siapa yang pantas untuk mewakilinya di lembaga legislatif. Masyarakat sebagai pemilih dan pemegang kedaulatan harus cerdas dalam menilai sebelum menjatuhkan pilihan siapa yang akan dia pilih. Seorang pemilih cerdas tidak akan gampang dipengaruhi hanya dengan rayuan apalagi kata-kata yang menjatuhkan orang lain.

Sebagai anak yang lahir dan besar di pelataran gereja, Andyos Manu selalu berpegang pada apa yang pernah dikatakan oleh tokoh Kristiani, Jhon Calvin. Menurut Calvin, politik adalah institusi yang akan menahan lajunya kejahatan, sehingga tidak merasuk masuk ke dunia kebaikan, karena dalam dunia politik perbedaan antara kebaikan dan kejahatan terlampau tipis. Dalam dogma Kristiani, Politik itu harus mampu menerangi sekaligus menggarami, karena politik tidak gelap dan juga tidak busuk.

CEO Beranda Nusantara itu secara tegas mengatakan bahwa Lembaga dewan juga tidak bisa dijadikan lapangan pekerjaan tapi harus jadi ladang pengabdian. Mengabdi bagi rakyat yang telah mengutusnya. Sebagai wakil maka rakyat adalah tuannya. Seorang wakil atau utusan tidak boleh berada didepan untuk menghalangi pandangan rakyat. Seorang wakil, sejatinya ada di sisi rakyat untuk jalan bersisian sambil berkisah tanpa batas. Menajamkan pendengaran dan penglihatan untuk orang yang telah memberinya hak untuk duduk di Lembaga yang katanya terhormat itu. (joey rihi ga)

Komentar Anda?

Related posts