362 Desa Di TTS Dan TTU Raih Rekor Muri

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Sebanyak 362 desa dampingan Plan Indonesia di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah Utara (TTU) mengukuhkan rekor baru Museum Rekor Dunia- Indonesia (MURI) sebagai desa terbanyak yang mendeklarasikan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan penerima manfaat terbanyak sekitar 600. 000 jiwa.

Penyerahan penghargaan MURI ini dilaksanakan di Desa Tetaf, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten TTS, Selasa 26 November 2013. Kegiatan penyerahan ini dlakukan di hadapan Wakil Menteri Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, Wakil Gubernur Beni Litelnoni, Bupati TTS Paul Mella, Bupati TTU Raymundus Fernandez, Country Director Plan Indonesia Myrna Remata Evora.

Senior Manager MURI, Paulus Pangka mengatakan, selain kepada masyarakat di dua kabupaten yang telah melaksanakan STBM, juga diberikan kepada Plan Indonesia selaku pemrakarsa kegiatan lima pilar STBM.“Jumlah desa dengan penerima manfaat yang begitu banyak ini Ini merupakan yang pertama dan terbanyak sepanjang sejarah di Indonesia,” kata Pangka.

Country Director Plan Indonesia, Myrna Remata Evora menjelaskan, desa STBM adalah desa yang berkomitmen menerapkan lima pilar STBM. Kelima pilar dimaksud yakni menghentikan kebiasaan buang air besar di sembarang tempat (BABS), membudayakan cuci tangan pakai sabun (CTPS), pengelolaan air minum dann makanan rumah tangga, pengelolaan sampah, dan pengelolaan limbah rumah tangga.

Myrna menyampaikan, dengan adanya deklarasi desa STBM ini, kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten TTS dan TTU harus lebih baik. “Kita berharap penerapan hidup sehat dan lingkungan sehat di 362 desa ini bisa membantu pencapaian target pembangunan milenium yang dicanangkan Pemerintah Indonesia besama pimpinan dunia lainnya,” ujarnya.

Ia menyatakan, deklarasi 362 desa STBM ini sekaligus membuktikan bahwa masyarakat di TTS dan TTU punya keinginan yang kuat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini menghasilkan dampak positif yakni menurunnya penyebaran peyakit berbasis lingkungan seperti diare.

“Dari informasi yang saya terima, sejak tahun 2012, tidak ada lagi kejadian luar biasa (KLB) diare di TTU dan TTS. Padahal sebelumnya, setiap tahun dua kabupaten ini selalu menghadapi KLB diare,” tandas Myrna.

Program Manager Air Bersih, Sanitasi dan Penyehatan Lingkungan Plan Indonesia, Eka Setiawan menerangkan, project STBM di TTS dan TTU adalah bagian dari Program Sanitation Hygiene and Water (SHAW) yang dilakukan oleh lima LSM lokal dan satu LSM Belanda. Program yang mulai diperkenalkan di TTS dan TTU sejak tahun 2010 ini didana sebagian oleh Kedutaan Besar Belanda.

Ia menyampaikan, pencapaian deklarasi STBM yang kurang dari dua tahun proyek ini tak lepas dari koitmen yag kuat dari pemerintah di Kabupaten TTS dan TTU. Juga tak lepas dari dukungan masyarakat.
“Saya yakin pola kerja sama seperti di TTS dan TTU juga bisa diterapkan di wilayah lain di NTT,” papar Eka.

Kegiatan Deklarasi 362 Desa STBM ini diisi dengan demonstrasi monitoring berbasis pesan pendek (SMS). Dimana sejumlah kader mengirimkan laporan implementasi STBM secara terpusat melalui SMS. Selain itu, peragaan cuci tangan massal pakai sabun yang diikuti sekitar 200 anak secara serentak di lokasi deklarasi. (sho)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments