Kupang, seputar-ntt.com – sebanyak 210 Balita di Kota Kupang, berada di bawah garis merah (BGM) dan terancam gizi buruk. Hal ini dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, dr.Ary Wijana kepada wartawan di kantor DPRD,Selasa (7/7/2015)
Wijana menuturkan, sesuai hasil monitoring di Posyandu yang tersebar di Kota Kupang ada sekitar 210 Balita berada di Bawah Garis Merah (BGM) sesuai hasil pengisian dalam Kartu Menuju Sehat (KMS ) terancam gizi buruk.
“Jumlah Balita yang terancam gizi buruk ini sesuai hasil monitoring tersebar di 360 Posyandu yang ada di Kota Kupang ,tetapi Balita terancam gizi buruk ini tanpa kelainan klinis,” tuturnya.
Menurut Wijana, langka penannganan yang dilakukan bagi Balita yang ternacam gizi buruk ini melalui program makan tambahan (PMT) di Posyandu saat kegiatan Posyandu.
“Dalam penanganan Balita yang terancam gizi buruk ini di Posyandu telah menyiapkan makan tambahan bagi mereka berupa makan tambahan lokal food.Sementara dari Dinkes juga menyiapkan makan tambahan pemulihan berupa blandon food (makan took) seperti susu dan makan lainnya,” katanya.
Wijana menambahkan,makan tambahan pemulihan yang disiapkan Dinkes ini dengan besar anggran Rp. 600 juta.Sehingga Balita yang terancam gizi buruk tidak perlu mendapat perawatan,namun diberikan makan tambahan.
Terpisah Ketua komisi IV DPRD,Livingston Ratu Kadja mengatakan, Balita yang terancam gizi buruk perlu di sikapi oleh Pemerintah melalui Dinkes guna tidak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) .
“Dinkes harus tingkatkan monitoring lapangan guna penanganan bisa lebih cepat.Kerana langka yang paling konkrit adalah mencegah dari pada di obati,untuk Dinkes harus bisa lebih aktif melakukan monitoring lapnagan guna mengetahui persoalan lapangan,dengan tidak hanya bergantung pada Posyandu,” katanya.
Sementara Sekertaris Komisi IV, Yapi pingak mengatakan, masalah gizi buruk bukan karena kurang pelayanan dan penyuluhan kesehatan yang kurang, sehingga perlu ditingkat sosialisasi dari Dinkes bagi masyarakat, terlebih di Posyandu yang berhubungan langsung dengan Bumil dan Balita.
Selain itu, tambah Yapi, masalah gizi buruk ini dipengaruhi pola makan dari orang tua terhadap anak.Karena pola makan harus gizinya harus berimbang.
“Kita ketahui banyak orang kita yang memberikan makan anak yang penting kenyang ,tetapi tidak memperhatikan asupan gizi makan yang diberikan ,minimal harus seimbang,” katanya.(riflan hayon)