Sejak Desember 2016 Masyarakat di Sikka Sulit Dapat Minyak Tanah

  • Whatsapp

Maumere, seputar-ntt.com – Terhitung sejak bulan Desember 2016 hingga memasuki pertengahan Februari 2017 masyarakat Kabupaten Sikka sulit mendapatkan minyak tanah. Kelangkaan minyak tanah ini dirasakan oleh hampir semua rumah tangga yang ada di Kabupaten Sikka. Kurang lebih tiga bulan ini sering terlihat pemandangan orang membawa jeriken lalu lalang memburu minyak di setiap pangkalan.

Hal ini turut dialami oleh Yeni Wona (29), Warga Kelurahan Nangameting, Kecamatan Alok Timur, yang ditemui wartawan, Minggu (12/2/2017) siang. Menurut pengakuan Yeni, dirinya harus mencari minyak tanah sampai ke Wuring bahkan hingga Geliting pasalnya ketiadaan stok minyak tanah yang ada di pangkalan-pangkalan dekat tempat tinggalnya.

Bukan hanya itu saja, sebelum mendapatkan minyak tanah, ia harus sabar menunggu antrian dengan beberapa warga lainnya yang juga mengalami kesulitan mendapatkan minyak tanah.

“Sudah hampir 3 bulan minyak tanah susah. Kami ini sudah setengah mati cari minyak tanah ke sana ke mari. Syukur-syukur kalau pas waktunya sehingga kami bisa kebagian minyak tanah kalau tidak berarti kami harus cari di tempat lain lagi,” ujar Yeni.

Hal senada disampaikan Leo Krispianus (28) warga Desa Takaplager, Kecamatan Nita, yang mengaku sulit mendapatkan minyak tanah. Menurutnya, untuk mendapatkan minyak tanah sebanyak 5 liter, ia harus menunggu hingga berhari-hari. Bahkan jeriken miliknya harus dititipkan di pangkalan minyak tanah supaya bisa kebagian jatah minyak tanah.

“Minyak tanah sekarang susah, kami mau pakai kayu api juga agak susah karena hujan turun terus sehingga kayu basah. Kalau mau dapat minyak satu jeriken saya biasa titip memang di pangkalan supaya kalau ada stok saya juga bisa kebagian,” papar Leo

Leo mengharapkan agar pemerintah dapat mencari solusi secepat mungkin mengingat minyak tanah masih menjadi andalan masyarakat untuk memasak dan untuk keperluan lainnya.

“Saya berharap pemerintah bisa turun tangan supaya atur kembali pembagian minyak tanah sehingga kami masyarakat kecil tidak kesulitan terus karena ini sudah 3 bulan. Saya pribadi masih andalkan minyak tanah di rumah, kalau mau pakai yang lain seperti elpiji saya takut dan belum terbiasa,” tambah Leo.

Pantauan wartawan di beberapa pangkalan yang ada di kota Maumere, hampir semua pangkalan mengeluh soal lambatnya distribusi yang dilakukan oleh agen minyak tanah. Kondisi inilah yang membuat minyak tanah menjadi langka di Sikka.

Salah satu pemilik pangkalan yang tidak mau disebutkan namanya mengungkapkan kalau sejak bulan Desember 2016 distribusi minyak tanah ke pangkalannya macet padahal sebelumnya distribusi berjalan dengan lancar.

“Dulu dalam satu minggu kami bisa dua kali dilayani dengan kuota untuk kami 2 drum atau 400 liter tapi sekarang bahkan sampai dua minggu juga kami tidak kebagian minyak tanah. Akhirnya kami yang jadi sasaran karena masyarakat terus todong kami bahkan ada yang sampai datang periksa di drum. Tapi kami mau bilang apa. Saya juga heran kenapa akhir-akhir ini minyak tanah sulit padahal sebelumnya aman-aman saja,” tukasnya.

Sementara itu, Jr. Sales Executive Retail XII Flores, Vano Daniel Wibawanto ketika ditemui wartawan Senin (13/2/2017) siang di ruang kerjanya menegaskan bahwa pihaknya sudah mendistribusikan minyak tanah untuk masyarakat lewat 2 agen minyak tanah yang ada di Maumere. Menurutnya, sejauh ini Pertamina sebagai operator pendistribusian minyak tanah yangdipercayakan oleh Negara sudah menjalankan fungsinya dengan benar.

“Setiap hari selalu ada distribusi minyak tanah untuk masyarakat sekitar 15 sampai 20 kilo liter atau 15 ribu liter sampai 20 ribu liter. Agen di sini kan ada dua jadi rata-rata per hari bisa mencapai 30 ribu liter kita salurkan untuk masyarakat. jadi dalam seminggu paling kurang kita distribusikan minimal 170 ribu liter,” papar Vano.

Terkait kelangkaan minyak tanah di Kabupaten Sikka, Vano menjelaskan bahwa pihaknya sudah dipanggil oleh pemerintah dan DPRD Sikka untuk membicarakannya.

“Rabu kemarin kami sudah dipanggil ke DPRD untuk membicarakan tentang kelangkaan minyak di Sikka. Karena itu, solusi jangka pendek yang kami ambil adalah dengan melakukan operasi pasar. Sedangkan jangka panjangnya ya soal penagwasan dari aparat dan pemerintah. Kemungkinan minggu depan operasi pasar sudah kita lakukan bersama pemerintah di beberapa titik seperti di Pasar Alok dan Pasar Waigete. Saat operasi pasar nanti kami akan tambah kuota 5 kilo liter untuk dua agen minyak tanah di sini, Rovin Jaya Energi dan Bolawolon,” kata Vano.

Lebih lanjut, Vano mengungkapkan bahwa kuota minyak tanah tahun 2017 yang ditetapkan oleh BPH Migas belum ada namun untuk tahun 2015 kuota untuk Maumere sebesar 8.427 kilo liter sedangkan tahun 2016 sebesar 8.392 kilo liter. Menurutnya, untuk tahun 2017 pihaknya tengah berusaha untuk mendistribusikan secara tepat sehingga stok minyak tanah hingga akhir tahun tetap ada.

“Minyak tanah ini ada dua satu yang bersubsidi dengan harga pasaran Rp.4000 dan yang non-subsidi dengan harga pasaran Rp.7800. Kalau yang subsidi itu diperuntukan bagi rumah tangga sedangkan yang non-subsidi diperuntukan bagi industri. Stok kita untuk yang subsidi memang selalu didistibusikan setiap hari sedangkan yang non-subsidi ini masih banyak karena tidak banyak yang membeli di sini. Kami berusaha untuk mendistribusikan minyak tanah bersubsidi ini secara merata sehingga saat akhir tahun tidak jebol kalau tidak masyarakat harus membeli minyak tanah non-subsidi yang harganya jauh lebih tinggi,” sambung Vano. (chs)

Komentar Anda?

Related posts