REVOLUSI PENDIDIKAN MELALUI DIGITALISASI SEKOLAH

  • Whatsapp

Oleh
Lay A. Yeverson
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) memastikan pada tahun 2021 pemerintah akan melanjutkan program digitalisasi sekolah dengan menetapkan sejumlah kebijakan terkait Dana BOS dan Program Digitalisasi Sekolah di tahun 2021. Program digitalisasi yang akan dimulai tahun depan patut dipertimbangkan secara matang oleh pemerintah pusat meskipun itu telah mendapat persetujuan dari Presiden  untuk dikerjakan bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Kemenkominfo dalam hal ini akan memenuhi kebutuhan jaringan internet di semua wilayah sasaran.  Kemendikbud perlu memastikan apakah di setiap sekolah ada alat yang bisa digunakan untuk mendukung digitalisasi pembelajaran di sekolah.   Penulis menangkap catatan di beberapa media untuk
anggaran  digitalisasi sekolah mencapai Rp15 triliun namun untuk setiap tahunnya baru bisa  Rp 3 triliun.
Anggaran tersebut salah satunya diperuntukan  untuk pengadaan alat elektronik pada program digitalisasi sekolah. Jika dihubungkan dengan program digitalisasi maka setiap sekolah perlu dilengkapi dengan peralatan digital yang memadai seperti laptop dan satu access point. Laptop yang diberikan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti untuk asesmen kompetensi minimum, asesmen nasional, dan praktikum.
Dari segi penggunaan,  Kemendikbud menilai laptop lebih tahan lama dari pada tablet. Selain itu, laptop yang dimiliki sekolah itu dapat digunakan oleh siswa atau guru, serta memiliki fungsi yang lebih banyak.
Meski begitu, Mendikbud menyatakan  digitalisasi sekolah itu bukan hanya penyediaan sarana TIK. “Tetapi juga mempermudah guru untuk memilih apa yang paling cocok untuk anaknya,” dikutip dari laman Kemendikbud.
Program digitalisasi Mendikbud mendapat kritikan tajam dari Direktur Eksekutif Center for Education Regulations and Development Analysis (Cerdas) Indra Charismiadji mengkritik program digitalisasi sekolah yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2021, yang akan membagikan laptop ke sekolah, utamanya sekolah di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terpencil) di kutip dari journas.com. Mendikbud seharusnya terlebih menyelesaikan tiga masalah yang ada di akar rumput secara bersamaan, yakni infrastruktur, infostruktur, dan infokultur. Sebab, apabila pembagian laptop dilakukan tanpa penyelesaian pada tiga hal tersebut, maka digitalisasi sekolah semacam itu akan sia-sia.”kalau sekarang hanya bicara pemberian atau pengadaan  laptop dan access point itu namanya bukan digitalisasi pendidikan, artinya pembelian laptop,”
“Kalau bicara pemberian laptop dari zamannya sebelum Pak Nuh itu sudah kasih laptop. Dari jaman Pak Bambang Sudibyo sudah kasih laptop. Jadi jangan sampai ganti baju saja,”
Menurut indra, sampai saat ini infrastruktur masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Internet dan listrik belum merata di berbagai daerah.
“Kemudian infostruktur. Bagaimana informasi itu bisa terstruktur,”
Infokultur tidak kalah penting. kultur mengajar dengan pola digital dengan mengajar tatap muka atau konvensional sangat berbeda.
“Gurunya juga harus disiapkan memahami pedagogi digital. Kulturnya. Siswanya pun juga begitu, mengenal yang namanya syncrounus dan asyncrounus learning. Bukan hanya sinkronus.
Dari program Digitalisasi yang di programkan  Kemendikbud penulis menilai  sebagai langkah yang revolusioner menuju modernisasi pendidikan melalui digitalisasi sekolah di Indonesia. Untuk menjamin revolusi dalam dunia pendidikan adalah peran guru yang tidak bisa tergantikan dalam membentuk karakter siswa, mendidik siswa, membimbing siswa, mengarahkan siswa. Maka revolusi pendidikan melalui digitalisasi sekolah harus dijadikan sarana penunjang kebutuhan sekolah bukan sebagai kebutuhan utama.
Guru yang efektif membuat siswanya balajar mandiri, meningkatkan keterampilannya karena kemauan belajarnya yang meningkat dari waktu ke waktu. Kemajuan sekolah didorong oleh kemampuan guru selalu menyajikan hal-hal yang baru sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengeksplorasi banyak fenomena untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
Akan Tetapi Di Era Globalisasi dan kemajuan jaman yang sangat cepat dan diharuskan untuk mengikutinya masih banyak Guru yang masih ketinggalan dan belum bisa mengoperasikan Komputer. Masalah para guru ang “gagap” teknologi entah itu di daerah penulis atau pun di daerah lain itu menjadi catatan penting dikala siswa harus bisa sementara Gurunya tidak bisa, lalu Siswa Bisanya dari mana kalau gurunya “gagap teknologi”….?
Perlu kita pahami dan ketahui bersama bahwa sekolah yang bermutu salah satunya memiliki orang tua siswa yang partisipatif mendukung siswa mempersiapkan dan meningkatkan aktivitasnya mempelajari berbagai hal yang bermutu. Meningkatkan kemauan siswa untuk selalu bekerja dan belajar dengan baik. Pemantapan belajarnya selalu ditingkatkan melalui pengulangan dan pembiasaan. Orang tua yang efektif adalah yang memahami kebutuhan siswa belajar, mendukung guru-guru bekerja efektif. Pertanyaannya seberapa tinggi tingkat partisipasi org tua dalam mendukung anak- anak mereka bersekolah  berbasis digital ?
Mengapa penulis membuat pertanyaan demikian ?  Dengan adanya perangkat digital kualitas karakter anak akan bermigrasi cepat sebagai anak yg individual, serba instan, Asosial dll.  Disini perlu dukungan penuh orang tua dalam memperhatikan sikap atau prilaku anak di rumah karena dampak teknologi digital terhadap perkembangan prilaku anak juga ditentukan adanya perhatian orang tua dan maupun  guru.
Salah satu variabel penentu kemajuan revolusi di bidang pendidikan yg berbasis digital di sekolah  ialah kepala sekolah. Kepala sekolah adalah kunci kemajuan sekolah. Semua potensi yang tersedia di sekolah tidak akan berarti apa-apa di tangan kepala sekolah yang tidak kreatif. Sebaliknya berbagai keterbatasan akan perubahan di tangannya karena ia cerdas mengolahnya. Pikirannya selalu jauh melampaui pandangan orang-orang di sekitarnya karena karakternya yang selalu mendahului orang dalam belajar. Perhitungannya lebih kuat, lebih cepat, lebih dinamis, lebih mengarah, lebih teriorganisir dalam memfasilitasi dan menggubah semua potensi menjadi prestasi. Meskipun kepala sekolah dipandang sebagai penentu dalam mengimplentasi digitalisasi sekolah seorang kepala sekolah tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan guru-guru maupun pengawas sekolah.

(Penulis merupakan praktisi pendidikan. Guru pada SMKN 1 Kab.Kupang. Tinggal di Kota Kupang).

Komentar Anda?

Related posts