Pohon Uang Bernama Bunga Krisan Telah Mekar di TTS

  • Whatsapp

Soe, seputar-ntt – Jam baru menunjukkan pukul 10:20 saat beberapa mobil memasuki Taman Teknologi Pertanian (TTP) Molo, di Desa Netpala, Kecamatan Molo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Sabtu 8 Oktober 2016. Tidak hanya udara sejuk yang menyambut tamu, tapi juga langit seperti bergirang dengan mencurahkan hujan dilokasi dimana Bunga yang hidup di Kores, Jepang dan China bersemi. Bunga Krisan namanya.

Kehadiran rombongan ke TTP Molo yakni dalam rangka panen perdana bunga krisan. Karna ini bukan bunga asli Indonesia maka panen perdana bunga Krisan ini turut dihadiri oleh Profesor Budi Marwoto, peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Hias, Dr. Rudy Soehendi, Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT, Ir. Amirudin Pohan, Msi dan penanggungjawab TTP Molo, Dr. Tony Basuki.

Ada lima screen hause yang berdiri kokoh dilokasi itu selain bangunan pernamen yang sudah dibangun maupun sementara dibangun. Tiga screen house berisi bunga Krisan dan dua lainnya ditanami strowbery. Kedua tanaman ini adalah bawaan dari luar, bukan anak kandung yang lahir dari rahim NTT. Selain para pakar, hadir pula beberapa pengusaha bunga yang lebih dikenal sebagai sebutan florist. Sebelum panen perdana, para pakar tanaman hias yang datang ke TTP Molo, lebih dulu berbagi pengalaman sekaligus memberikan motivasi bagi para florist.

Nani, salah seorang florist yang selama ini mengembangkan usaha bunga di Kota Kupang secara jujur mengatakan bahwa satu tangkai bunga krisan dijual dengan hrga Rp.5000 per tangkai, sementara bunga mawar dijual Rp.7000 per tangkai.  Dalam seminggu dia bisa menjual hingga 300 tangkai bunga. Jika dihitung dalam rupiah maka dalam sebulan bisa menghasilkan uang sebesar Rp.6000.000.

“Saat ini pesanan bunga di Kota Kupang semakin meningkat, tidak hanya untuk kebutuhan kantor tapi juga kebutuhan persorangan sudah tinggi. Banyak muda-mudi bahkan anak SMA yang memesan bunga hanya untuk diberikan kepada orang yang mereka cintai. Dengan demikian maka prospen bisnis bunga di Kota Kupang cukup menjanjikan,” kata Nani.

Sementara Florist Lainnya, Titi Tibuludji pada kesempatan yang sama mengatakan, dia sudah menanam bunga krisan di TTS sejak tiga tahun terakhir. “Kami punya kebun Bunga juga di TTS. Ada berbagai jenis bunga yang kita tanam termasuk krisan. Usaha ini susah-susah gampang tapi saat ini cukup menjanjikan secara bisnis,” katanya.

Profesor Budi Marwoto, peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Hias, pada kesempatan itu menjelaskan Bunga Krisan bukan bunga asli Indonesia. Bunga ini paling banyak ditanam yakni di China, Korea dan Jepang. “Ini adalah sejarah dimana bunga Krisan bisa hidup dan berkembang secara baik di tempat ini. Jujur bahwa saya sempat ragu apakah nanti bunga ini bisa berkembang dengan baik di NTT. Hari ini kita buktikan bahwa bunga Krisan bisa bertumbuh dengan baik,” kata Budi.

Budi Marwoto mengatakan Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, karena pasar potensial yang dapat berdaya serap tinggi sudah ada. “Pasar di Indonesia sangat potensial, contohnya di Bali. Tapi sudah ada juga yang ekspor Krisan keluar negeri. Untuk itu kita berharap supaya di TTS menjadi tempat pelatihan bagi para petani bunga yang ingin membudidaya Krisan” kata Budi.

Dia juga mengungkapkan bahwa dalam setahun, Indonesia membutuhan 600 juta tangkai bunga dan belum bisa dipenuhi oleh petani bunga dalam negeri. Bunga krisan sangat cocok ditanam pada lahan dengan ketinggian antara 700-1200 di atas permukaan laut (dpl). Namun, meski tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu, untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam screen house. Sedangkan untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar.

Ketika musim panen tiba, juga dibutuhkan ketelitian dalam memanennya. Tanaman krisan mulai berbunga pada umur 10–14 minggu setelah tanam, tergantung pada varietas atau kultivar. Budi menyebut, tanaman krisan siap dipanen setelah berumur tiga bulan. Saat panen yang paling tepat untuk krisan standar adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Krisan tipe sprai dapat dipanen bila 75-80 persen dari seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai telah mekar penuh. “Usaha bunga krisan ini tidak membutuhkan waktu yang lama, dan kita bisa mengatur masa panen sesuai keinginan kita. Tergantung dari pencahayaan lampu yang kita gunakan.

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT, Ir. Amirudin Pohan, Msi menjelaskan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Molo akan diserakan menjadi asset Pemda TTS. TTP ini sendiri dibiayai oleh pemerintah pusat yang bertujuan untuk menjadi pusat pendidikan dan pelatihan bagi petani.

“Aset-aset yang ada di TTP Molo ini akan kita serahkan kepada Pemda TTS. Karna itu kita sangat berharap agar masyarakat dan pemerintah bisa menjaga asset ini secara baik sehingga berkelanjutan dan mampu memberi efek positif bagi ekonomi masyarakat setempat,” kata Amir.

Dia menjelaskan, di TTP Molo, tidak hanya membudidaya bunga krisan, tapi juga budidaya strowbery. Ditempat itu juga telah dibangun bengkel yang akan mengopname semua alsintan yang sudah dibagi kepada masyarakat. “Disini kita punya bengkel yang akan memperbaiki alsintan masyarakat yang telah kita bagi kepada mereka. Mereka juga kita latih membuat pupuk sehingga bagi yang butuh bisa mendapatkan di masyarakat,” ungkapnya.

Sementara penanggungjawab, TTP Molo, Dr. Tony Basuki menjelaskan TTP bersumber dari program Jokowi-JK yang dikemas dalam Nawa Cita yang berisi sembilan agenda prioritas. Salah satunya Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. TTP diarahkan berfungsi sebagai pengembangan inovasi bidang pertanian dan peternakan yang telah dikaji, untuk diterapkan dalam skala ekonomi, tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas.

“TTP itu merupakan suatu kawasan implementasi inovasi yang telah dikembangkan dan berwawasan agribisnis hulu-hilir yang bersifat spesifik lokasi dengan kegiatannya meliputi penerapan teknologi pra produksi, produksi, panen, pasca panen, pengolahan hasil, dan pemasaran, serta wahana untuk pelatihan dan pembelajaran bagi masyarakat serta pengembangan kemitraan agribisnis dengan swasta Menghilirkan Inovasi Dalam bahasa sederhana, dibentuknya TTP adalah untuk menghilirkan inovasi. Artinya mendekatkan inovasi hasil penelitian dan pengkajian untuk dekat dengan pengguna,”pungkas Tony. (jrg)

 

Komentar Anda?

Related posts