Petahana yang Membahana

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Menjadi Petahana dalam hajatan politik lima tahunan sangat menguntungkan. Posisinya cetar membahana. Pengalaman memang tak pernah berbohong sebab dia adalah guru yang jujur. Lihat saja ketika Pilkada Pemilihan Gubernur NTT, sang petahan kembali merengkuh kursi, demikian juga dengan hasil Pilkada serentak pertama di Indonesia. Hasilnya, para Petahana tetap menjadi raja di negeri sendiri.

Hal ini berlaku pula dalam Pilkada Kota Kupang yang akan berlangsung tahun 2017. Mengalahkan patahan sama sulitnya seperti melukis diatas air. Sekalipun banyak musuh yang ingin merobohkan sang petahana dengan alasan sakit hati karna jabatan atau proyek. Hal ini seperti usaha yang menghabiskan modal. Untungnya sakit hati, jika tak kuat bisa sakit jantung.

Pilkada Kota Kupang menjadi barometer bagi 22 Kabupaten lain di NTT. Maklum saja ini adalah hajatan politik ibukota Provinsi. Hangatnya bukan sekedar panas-panas tahi ayam. Ini bisa membakar jika tak pandai melihat arah angin. Bisa badai dan terbang bak layang-layang putus. Petahana memang cetar membahana. Dia bisa mengatur semuan demi mulus langkah kedepan. Sebut saja, mulai dari Dana Bansos sebab dia akan menjadi sinterklas hingga kunjungan kerja walaupun di gelap malam. Itu semua sah saja, sebab dayang-dayang selalu disamping sehingga tak takut kedinginan apalagi terserang flu.

Jonas Salean sebagai petahana seperti tak lelah bekerja. Siang malam dari pintu ke pintu rumah warga. Tujuannya Cuma satu, jangan lupakan bapak jika nanti dalam bilik suara. Banyak nada miring daLam nyanyian lawan politik. Tapi itulah bumbu yang menyedapkan aroma Pilkada. Bagi petahana itu hanya barisan sakit hati. Bagi lawan politik tentu saja Jonas dianggap sebagai Goliat yang bisa rubuh dengan batu kecil dari katapel Daud yang kecil. Dalam Politik, cerita Daud bisa menang melawan Goliat jarang terjadi. Kalaupun ada prosentasenya kecil dan itulah mujizat.

Bagi Petahana, kemenangan sudah dalam tangan sebab dia memiliki kuasa bahkan uang. Jika dia kalah berarti dia tak pandai menggunakan kuasa dan hanya memelihara beruang yang mencakarnya kembali. Sejarah politik Kota Kupang tidak bisa dilupakan ketika Petahana Daniel Adoe kalah dari Jonas Salean. Itu harus menjadi pelajaran penting bagi seorang petahana seperti Jonas Salean. Siapa tahu ada kutukan di Kota ini bahwa petahana akan luluh lantah.

Nyanyian penggembira disisi Jonas Salean saat ini sama persis ketika Dainel Adoe harus tunduk pada legitimasi rakyat yang meilih Jonas ketika dia melewati jalur independen. Kali ini sudah berbeda. Jonas Salean bukan hanya rajin berjalan dari pintu ke pintu rumah warga, tapi juga dari pintu ke pintu partai politik. Jonas telah berubah, dulu independen sekarang berharap pintu partai. Pintu mungkin sudah terbuka lebar tapi apakah dia akan menggapai singgasana? Itu masih misteri.

Komentar Anda?

Related posts