Permasa Diajak Bergerak Maju Kawal Sabu

  • Whatsapp

Kupang, Seputar-ntt.com – Mahasiswa sebagai kaum intelek diharapkan mampu memberi masukan serta memiliki daya kritis dalam mengawal setiap pembangunan. Mahasiswa sebagai agen perubahan harus bergerak maju menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Mahasiswa Asal Sabu (Permasa) Kupang, Jefri Lobo, pendiri Permasa Kupang Hendrik Hae Djami, Sesepuh Permasa Thobias Uly, Jumat (9/2/2018) usai ibadah refleksi Natal dan ulang tahun Permasa ke-13 di Aula kantor DPD NTT.

Menurut Jefri Lobo, mahasiswa harus peka akan persoalan sosial yang dihadapi masyarakat. Jefri mencontohkan kasus tambang Mangan di kecamatan Liae dan Hawu Mehara yang sementara berpolemik. Persoalan tambang Mangan adalah persoalan bersama masyarakat Sabu Raijua terlebih mahasiswa Sabu.

“Sebagai agen perubahan, mari bergerak maju melihat persoalan di Sabu. Mulai dari Tambang Mangan, mari kita lihat persoalan itu. Karena persoalan bukan hanya persoalan orang Liae,”kata Ketua Permasa Kupang Jefri Lobo.

Dikatakan Jefri, lewat moment perayaan Natal, mahasiswa asal Sabu semakin dipersatukan. Menyatukan kekuatan untuk melihat persoalan yang merusak tanah kelahiran di Sabu Raijua. Karena Permasa dan mahasiwa asal Sabu di kota Kupang adalah satu, satu Do Hawu atau orang Sabu.

“Kita diutus untuk kuliah. Mari kita bersuara bersama, bergerak bersama. Yang paling inti adalah damai dan persatuan. Mari kita tinggalkan Ego, karena kita adalah Do Hawu,”ujarnya di hadapan ratusan anggota Permasa yang hadir.

Tambah Jefri, perjalanan Permasa yang sudah 13 tahun bukan lagi organisasi yang prematur. Permasa sudah memiliki kader potensial yang menyebar di seluruh pelosok NTT hingga Indonesia, yang dapat mengawal pembangunan di pulau sejuta Lontar itu.

Lanjutnya, dalam organisasi Permasa, ada banyak jiwa dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang. Perbedaan itu menjadi kekuatan bagi Permasa. “Mari kita angkat bendera Permasa dan katakan, Permasa jaya. Kita harus berbangga karena kita kuliah, karena tidak sama dengan saudara kita yang ada di Sabu Raijua,”tambahnya.

Senior Permasa, Hendrik Hae Djami mengatakan Permasa lahir karena keberadaan mahasiswa asal Sabu belum terkoordinir dalam satu wadah. Lahir karena keberagaman dan lunturnya budaya, serta isu korupsi kian merebah.

Dengan kehadiran Permasa diharapkan menjadi pemersatu dan perekat bagi semua kalangan, terutama di kalangan mahasiswa. “Keberagaman, tanpa melihat agama. Semua boleh masuk di Permasa. Lunturnya budaya, orang Sabu belum bersatu, dalam satu ikatan,”katanya.

Dia meminta kader Permasa untuk kritis dalam menyikapi persoalan, terutama Korupsi. Karena korupsi dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat. “Mahasiswa harus kritis,”katanya.

Sementara Sesepuh Permasa Thobias Uly, mengajak kader Permasa untuk menyiapkan diri sebagai pemimpin masa depan. Dengan tantangan era globalisasi saat ini. Kader Permasa mesti bisa bersaing, bergerak maju sehingga diterima di setiap kalangan.

“Saya mau jangan kecewa masyarakat di sana (Sabu). Tunjukkan kepada mereka, sekolah dan berprestasi,”katanya. Berorganisasi boleh, asal jangan meninggalkan tugas utama sebagai mahasiswa. “Organisasi jalan, IPK juga jalan, kalau bisa 3.5,”ujarnya.

Ibadah Natal yang mengusung Tema Dia Lahir untuk mendamaikan dan mempersatukan kita dengan Allah dan Sesama ini, dipimpin pendeta Ina Bara Pa. Dihadiri para senior sesepuh Permasa. Para mantan ketua, dan juga OKP lain, Kerukunan Mahasiwa Nusa kenari (Kemanuri) dan Himpunan Mahasiswa Asal Raijua (Himara) Kupang. (Pelipus Libu Heo).

Komentar Anda?

Related posts