“Panggung Perempuan Biasa” Pentas Sabtu ini di Taman Dedari Sikumana

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Teater “Panggung perempuan biasa” akan dipentaskan Akhir Pekan ini, Sabtu, (16/7/2016)  di Taman Dedari Sikumana Kupang. Teater yang akan menyentil maraknya perdagangan manusia di NTT ini di buka untuk umum dengan harga tiket yang terjangkau. Lewat panggung perempuan biasa para pemain teater ingin mengajak kaum perempuan di NTT untuk bangkit dan melawan berbagai kasus yang mendiskreditkan peremuan.

Koordinator Komunitas Teater Perempuan Biasa, Lanny Koroh, kepada media ini menjelaskan, Panggung “Perempuan Biasa” adalah perjalanan pengembaraan para perempuan-perempuan, yang secara sadar berupaya menemukan jawaban atas getaran jiwa yang secara eksistensial berlawanan dengan ruang realitas yang lebih didominasi oleh lawan jenis.

“Perempuan-perempuan, yang menyebut diri “biasa”, berusaha membuka pintu personal, untuk dibenturkan dengan nilai-nilai patriarki, yang terkesan menindas, memasung dan menempatkan perempuan pada kodrat, “Masak, Manak, dan Macak” (3M). Sebuah perjuangan dan pemberontakan yang barangkali, tidak saja mewakili pikiran dan rasa personal, tetapi juga menceritakan dan mewakili penderitaan kaum “hawa” melalui karya-karya yang akan disajikan,” ungkap Lanny, Selasa, (12/7/2016).

Lanny berharap, semoga niat baik ini mendapat respon positif dari banyak pencinta seni, dengan memberi ruang yang lebih layak bagi para pelaku-pelaku teater khususnya seniwati, di bumi Nusa Tenggara Timur. “Panggung perempuan biasa ini akan kita gelar pada tanggal 16 Juli 2016 di Taman Dedari Sikumana. Kami berharap masyarakat Kota Kupang dan NTT bisa mendukung kami dengan hadir dalam pementasan nanti,” harapnya.

Lebih jauh Lanny Koroh menjelaskan, ada beberapa alasan sederhana dibalik Panggung Perempuan Biasa yakni yang pertama Ingin memberikan ruang seni bagi perempuan – perempuan dalam mengapresiasikan diri mereka lewat kesenian.  Hal kedua adalah ruang berkarya bagi seluruh perempuan tanpa melihat latar belakang pendidikan, asal usul suku, agama, ras, yang biasanya di dominasi oleh laki2.

“Hal lain bahwa perempuan pun memiliki hak yang sama dengan laki2 dalam berkarya, berkreasi. Sehingga istilah perempuan no dua dan lelaki no satu bisa dihilangkan. Bahwa perempuan dalam kesibukannya sebagai istri, ibu, wanita berkarier tetap dapat berkarya dalam dunia kesenian,” jelasnya.

Lanny Koroh juga secara tegas mengatakan, kekerasan dalam rumah tangga yang sering dialami oleh perempuan adalah hal terkutuk. Kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan bukan saja kekerasan fisiki namun juga kekerasan verbal, bentuk kekerasan ini adalah hal terkutuk dan tak pantas dilakukan oleh si pemberi tulang rusuk untuk perempuan.

“Lewat Teater Panggung Perempuan Biasa ini, Kita mau membangkitkan semangat berkarya bagi semua perempuan sehingga dapat mengurangi kasus human traficking,” pungkas Lanny. (vincent mone)

Komentar Anda?

Related posts