NTT Kembangkan Tehnologi Pencatat Debit Realtime

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com—Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) mengembangkan tehnologi inovasi berupa Pencatat Debit Realtime, sehingga para petani bisa mengatur kerja air darimana saja melalui internet.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan (OP) Sumber Daya Air (SDA) dan Irigasi Dinas PUTR Provinsi NTT, Benyamin Nahak.

Menurut Benyamin Nahak, selama ini Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) harus mengitung kecepatan dan tinggi air dalam saluran secara manual, tetapi dengan alat Pencatat Debit Air Realtime ini, mereka cukup mengaturnya melalui handphone atau laptop yang sudah terhubung dengan software Petani PEDE Tanam.

“Sekarang kita sudah pakai tehnologi internet, sistem kerjanya air yang selama ini kita ukur dulu, tapi sekarang tidak, kita pasang alat itu maka akan  baca otomatis sendiri, dan dapat menghitung debit  ketersediaan air dalam saluran,” tegas Benyamin Nahak.

Diakui Benyamin Nahak, air yang masuk ke irigasi ada hitungannya, sehingga air yang lewat saluran sudah didesain untuk mengairi lahan sawah secara merata.

Inovasi tehnologi ini, jelas Benyamin Nahak, baru diterapkan di Bena Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten TTS dan di Manikin Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang, rencananya kedepan akan dipasang pada semua wilayah.

“Jadi kita menguibah data analog menjadi digital, dikirim ke jaringan GSM, sehingga handpohe dan laptop sudah diinstal bisa membacanya dan mengatur dari jarak jauh,” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Verifikator Tehnologi Inovasi Kementrian PUPR, Edy Jordan mengakui tehnologi inovasi Pencatat Debit Air Realtime yang diterapkan ini menjadi perhatian Pemerintah Pusat (Pempus).

“Kami ingin melihat inovasi tehnologi terkait penghargaan untuk daerah, jadi perhatian pusat terhadap daerah yang diwujudkan dengan pengembangan tehnologi,” tegas Edy Jordan.

Diakui Edy Jordan, Provinsi NTT menjadi salah satu daerah yang mendapat penilaian, karena diketahui memiliki sumber air yang sedikit tapi mampu untuk membagi secara merata.

“Awalnya pengaturan irigasi secara manual, dengan adanya penemuan-penemuan kecil mereka kembangkan sendiri dengan digital, sehingga para petani tidak perlu lagi turun ke lapangan. Mereka mengukur dengan digital, dan  memudahkan petani membagikan airnya. Cara seperti ini menjadi adil dan menghindari konflik,” aku Edy Jordan.
Menurut Edy Jordan, hasil penilaian ini akan diserahkan ke Kementrian PUPR. (ira)

Komentar Anda?

Related posts