Menjemput Pagi di Rumah Awang

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Kami berpisah ketika hari telah berganti dan embun secara perlahan mulai membasahi bumi. Suasana di Jalan Pahlawan, Namosain Kupang pada Minggu 3 September dini hari sudah lengang. Deru ombak dari seberang jalan tak lagi terdengar garang, seakan telah lelap dalam dekapan malam. Kami harus membelah malam setelah hampir 12 jam berdiskusi di beranda rumah Awang Notoprawiro. Ketua DPW PAN NTT itu begitu betah melayani kami, mulai dari jamuan secangkir kopi hingga makan malam dengan ikan hasil tangkapan nelayan di depan rumah. Selingannya adalah penganan berupa Kompiang yang dikirim khusus dari Manggarai.

Saat kami tiba di Rumah Awang, Matahari tepat berada diatas ubun-ubun. Sengatannya cukup tajam menyerang kulit legam yang tak terawat. Tiba-tiba Kaka Awang, demikian kami menyapa Awang Notoprawiro membuka pintu untuk menyapa kami. Kami sempat duduk di ruang tamu sambil menikmati lemun sebelum kami memilih beranda depan sebagai tempat yang nyaman untuk diskusi sekaligus ngopi dan rokok. Nama Awang sudah membumi di NTT tapi baru kali ini saya berkesempatan menimba ilmu dari Calon Anggota DPR RI dari Partai PAN ini. Pengalamannya sebagai seorang pebisnis hingga memilih menjadi politisi adalah rangkain kisah yang mengalir tak henti dalam diskusi kami.

“Sebagai seorang pengusaha saya merasa nyaman di zona itu, tapi saya tidak memiliki ruang lingkup yang besar untuk bisa berbagi dengan masyarakat yang saya cintai. Jika hanya untuk hidup nyaman maka menjadi pengusaha sudah cukup. Tapi nurani saya terpanggil untuk bisa berbuat lebih bagi banyak orang yang ada di NTT. Itulah asalan kenapa saya memilih jalan politik untuk bisa memberi lebih banyak dan menjangkau lebih banyak orang pula,” kata Awang.

Sebagai orang yang memiliki andil dalam membesarkan PAN di NTT, Awang Notoprawiro memiliki tanggungjawab besar bagimana PAN menjadi rumah yang nyaman bagi semua masyarakat NTT. Tidak hanya itu, dia juga memiliki mimpi supaya partai berlambang matahari ini harus menjadi jalan dan penghubung antara kepentingan masyarakat dan kepentingan penguasa. Pemimpin kata Awang harus seperti matahari (Enabling leaders) tidak saja memberikan penerangan, pencerahan, transparansi tetapi juga energy kehidupan aksiomatik, tegas tanpa ragu untuk terbit atau terbenam. Jika ada rakyat yang meneteskan air mata lantaran dihimpit kemiskinan maka seorang pemimpin harus memastikan bahwa itu bukan air mata kesusahan tetapi air mata bahagia karena mereka telah melihat cahaya masa depan dalam diri seorang pemimpin.

Diskusi kami tak hanya tentang politik semata, banyak kisah-kisah inspiratif yang kami petik saat bersama Awang Notoprawiro. Dari cerita-ceria lepas yang meluncur dari mulutnya, Awang adalah tipe orang yang sangat tegas dalam menatap organisasi. Baginya, urusan pribadi harus dinomorduakan ketika sudah menyangkut kepentingan organisasi atau partai. Dia ingin agar partai berlambang matahari yang pimpinnya harus memberi cahaya yang menghidupkan bagi masyarakat. Tidak sekedar alat untuk memperoleh kekuasaan tapi harus dimaknai sebagai jalan untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan banyak orang.

“Di partai itu banyak kawan yang menjadi pengurus, tapi yang berhubungan dengan urusan dan kepentingan partai, saya harus tegas tanpa memandang kawan atau saudara. Bagi saya apa yang harus kita lakukan untuk menata partai menjadi lebih baik harus dipatuhi oleh semua kader. Saya tidak mau karena kita terlalu menggunakan rasa lalu kepentingan organisasi diabaikan. Saat ini kita akan menghadapi Pilkada serentak dimana untuk NTT ada 10 Kabupaten yang akan melakukan Pilkada. Saya sudah tegaskan kepada semua Ketua DPD yang ada di Kabupaten untuk bekerja keras. Kita jangan mimpi akan memperoleh hasil yang baik tanpa sebuah kerja keras dan kerjasama yang baik dalam organisasi,” ungkap Awang.

Sebagai anak kandung dari rahim pulau Timor, tepatnya di di Kota Kupang, Awang tumbuh besar menjadi sosok yang pluralis dan humanis. Sekalipun Beragama Islam, tapi dia menempuh pendidikan di sekolah Kristen. Dia Tamat SD dari SD GMIT Namosain Kupang tahun tahun 1974, Menyelesaikan pendidikan SM di SMP Frater Khatolik Kupang tahun 1977 dan SMA di SMAK Giovani Kupang pada tahun 1980. Itulah yang menempa pribadi Awang menjadi sosok yang mampu menembus sekat tanpa melihat suku, agama maupun ras dan antar golongan. Untuk jenjang Sarjana, Awang menyesaikan studi S1 pada Fakultas Hukum, Universitas Muhamadyah Surabaya tahun 1980.

Awang mengatakan, Orang cerdas akan bicara ide, gagasan dan program bukan membahas isu atau membicarakan orang lain. Sebagai calon pemimpin kata Awang, harus memberi pencerahan kepada masyarakat sehingga mereka tidak berpikir bahwa politik itu jahat karena saling menyerang satu dengan yang lain. Sejatinya seorang politikus dan calon pemimpin kata Awang Notoprawiro, harus mampu menjual ide dan program yang cemerlang dan mimpi tentang masa depan kepada rakyat.

Pemimpin kata Awang harus seperti matahari (Enabling leaders) tidak saja memberikan penerangan, pencerahan, transparansi tetapi juga energy kehidupan aksiomatik, tegas tanpa ragu untuk terbit atau terbenam. Jika ada rakyat yang meneteskan air mata lantaran dihimpit kemiskinan maka seorang pemimpin harus memastikan bahwa itu bukan air mata kesusahan tetapi air mata bahagia karena mereka telah melihat cahaya masa depan dalam diri seorang pemimpin.

Awang bukan dewa matahari, tapi Cahaya bagi penghuni Partai  matahari di bumi flobamora.  Matahari yang tidak saja memberikan penerangan, pencerahan, transparansi tetapi juga energi kehidupan aksiomatik, yang tegas tanpa ragu untuk terbit atau terbenam lewat jejak langkahnya di Nusa Tenggara Timur. Tak terasa, pagi sudah menjemut, kami harus berpisah untuk selanjutnya rehat dalam pelukan dinginnya malam. Apa yang menjadi mimpi kami semoga direstui oleh yang Maha Kuasa dan leluhur di tanah Flomora  (joey rihi ga)

 

Komentar Anda?

Related posts