Membuka Jendela Dunia Dari Kota Para Dewa

  • Whatsapp

Internet atau dunia maya, saat ini sudah menjadi kebutuhan setiap orang. Mulai dari siswa, guru hingga orang kerja. Namun kisah tentang internet, hanyalah dongeng belaka bagi mereka yang ditakdirkan hidup dipulau terluar diwilayah NKRI.  Jauh dari sarana komunikasi membuat mereka hidup seperti katak dalam tempurung. Begitu juga dengan kondisi di Kabupaten Sabu Raijua atau yang di Kenal dengan Kota Para Dewa. Mampukah mereka membuka jendela dunia dan meneropong bebas lewat dunia maya? Entah harus menyebutnya pulau terluar  atau pulau terdepan dari Indonesia, tapi memang kenyataannya Kabupaten Sabu Raijua berhadapan langsung dengan samudra Hindia, tidak ada pulau lagi didepannya. Begitu jauhnya masyarakat disana dari sumbu Ibukota Provinsi membuat penduduk di Kabupaten Sabu Raijua seakan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu dalam hal mengakses infromasi secara bebas. Mereka akhirnya harus hidup dan tetap hidup hanya untuk menghabiskan sisa waktu yang diberi yang kuasa. Pernah pada suatu kesempatan Bupati Sabu Raijua Marthen Dira Tome mengatakan bahwa orang Sabu Raijua tidak boleh ketinggalan dengan orang yang ada di tempat lain dalam hal informasi walaupun sebenarnya semua serba terbatas. Bupati menginginkan orang Sabu Raijua bisa membuka jendela Dunia dari selatan Indonesia. Mimpi itu masih jauh dan tetap menjadi mimpi karena kenyataanya Sabu raijua masih tergolong kampung yang sulit jaringan interent. Bukti yang paling anyar adalah ketika tahun 2012 silam, dimana para guru harus diuji kompetensinya secara online dengan menggunakan internet namun harus berbentur dengan kondisi bahwa Sabu Raijua adalah daerah yang sulit jaringan internet. Kenyataan bahwa para guru harus melakukan uji komptensi secara manual telah membutktikan bahwa Sabu Raijua masih tergolong terbelakang dalam dunia internet. Masyarakat di sabu Raijua terutama para siswa atau guru dan PNS, mereka hanya tahu kalau internet itu hanya bisa mereka temukan di kota, tidak dikampung atau pelosok seperti Sabu Raijua. Memang untuk internet bukan tidak bisa dilakukan lewat jaringan telekomunikasi selular yang ada, tapi itu pun harus sabar karna loadingnya sangat pelan dan lamban. Bagi yang memiliki sedikit pengalaman dan uang mereka bisa membeli modem untuk mengakses internet lewat jasa telekomunikasi selular yang ada. Sekali lagi itupun loadingnya lama. Belum lagi banyak tempat yang masih tergolong daerah Black spot atau wilayah yang tidak memiliki sinyal. Nah tentu ini juga menjadi tantangan bagi perusahaan telekomunikasi selular dalam pelayanannya menjangkau seluruh wilayah indonesia lewat jaringan komukasi selular sesuai dengan keinginan mereka. Untuk diketahui saja bahwa di Sabu raijua ada dua perusahaan telekomunikasi selular yang sudah mendirikan towernya diempat kecamatan, tapi untuk mengakses internet sulitnya setengah mati. Entah karena apa, masyarakat tidak tahu. Hanya satu kecamatan yakni Kecamatan Sabu timur yang akses internetnya berjalan lancar, kecamatan lainnya “tulalit” kalau mau akses internet, ini PR bagi perusahaan telekomunikasi selular di Sabu. Soal pengguna selular jangan tanya jumlahnya, sudah ribuan yang punya HP. lalu apakah keinginan masyarakat di Raijua serta keinginan Bupati Sabu Raijua Marthen Dira Tome untuk membuka jendela dunia dari Sabu Raijua bisa dilakukan? Ya, mimpi itu kini secara pelan mulai nyata. Kehdiran bantuan mobil Internet (Mobnet) dari Pemerintah pusat Lwat dinas Komunikasi dan Informatika Kbaupaten Sabu Raijua, kini telah hadir enam unit disana. Pelayanan internet telah dilakukan walaupun masih terbatas areanya, paling tidak sudah bisa menjawab kebutuhan internet di Sabu, Pulau yang menjadi tempat terdamparnya imigran asing yang hendak ke Australia. Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia internet atau dunia maya telah menghipnotis masyarakat hingga ke pelosok-pelosok. Buktinya lewat jejaring sosial seumpama Facebook, tweeter atau Yahoo Mesangger, orang dari kampung sudah bisa berinteraksi dengan orang diluar wilayah mereka bahkan keluar negeri hanya dengan bermodal internet. Apa yang menjadi Mimpi untuk membuka jendela dunia dari selatan Indonesia kini telah dimulai. Generasi Bumi Rai Hawu kini tidak lagi gagap internet, Sebab dari bumi sejuta Lontar dimana berdiam para dewa mereka telah bebas berselancar dalam dunia maya, dunia yang tanpa batas.

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *