Oleh
Lay A Yeverson
Di era tahun 80 an ketika itu penulis masih duduk di sekolah dasar dan menengah pertama di sebuah kampung kelahiran penulis di Bolou Kecamatan Sabu Timur, kalau itu pulau sabu masih sebagai pulau yang memiliki kebudayaan dan alam yang sakral, fasilitas belajar penuh keterbatasan, guru-guru pun adalah jebolan, SPG dan diploma 3 bkn jebolan S1,S2, bukan pula guru sertifikasi, bukan pula guru yang hebat dalam penggunaan teknologi digital, jaman penulis sebagai jaman pembuktian bahwa guru era 80 an yaitu tingginya kualitas pengabdian guru, hebatnya guru menggunakan metode pembelajaran kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran, mau mengabdi di daerah yang minim sarana dan prasarana, bahkan ada yang jalan kaki dari rumah sampai sekolah tepat waktu. Tanpa ada tunjangan sertifikasi pun mereka tetap semangat menancaptkan ilmu mereka kepada kami kala itu, mereka pun memiliki tuntutan hidup seperti kita jaman sekarang, namun terlepas dari itu hanya satu hal yang penulis ingat adalah Pemanfaatan media dalam proses pembelajaran kala itu yaitu menjadikan potensi lingkungan sebagai sumber ilmu.
Ada beberapa contoh bagaimana kami membuat bedeng sayur, sang guru mengajari kami menghitung luas bedeng, menghitung volume tanah humus untuk mengisi pada bedeng sayar, menghitung volume air dalam drum untuk penyiraman sayur, berapa hasil penjualan sayur dari satu bedeng yang memiliki luas sekian. Selain itu bagaimana penggunaan Itu lah hal sederhana dlm pembelajaran matematika kala itu, dan bahkan pbelajaran biologi pun kami selalu belajar di alam ketempat rekreasi, lebih banyak belajar di luar kelas dari pada di dalam kelas, ini lah beberapa memori yang penulis ingat betapa hebatnya guru-guruku saat itu, kegiatan cukup dengan semangat, tak ada dana yang di keluarkan untuk mendanainya. Penulis berpendapat bhwa pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran
adalah suatu hal yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa, salah satunya melalui pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran baik itu mata pelajaran adaptif, normatif, dan produktif. Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran sebuah alternatif yang efektif dan efisien, sehingga siswa yang memiliki pengalaman belajar mempunyai kemampuan untuk berkembang. Dengan demikian, pembelajaran di sekolah akan lebih bermakna jika guru mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Siswa mudah memahami materi yang dipelajari sebab dia memiliki gambaran tentang apa yang akan dipelajarinya karena siswa pernah melihat, mengamati bahkan menerapkan atau mengunakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang berasal dari lingkungan sekitar siswa karena
lingkungan sebagai proses belajar mandiri yang bertanggungjawb.
Ada pun masalah-masalah yang penulis temukan ketika berdialog dengan beberapa siswa di kelas yang berbeda misalnya saya sebutkan contoh untuk mapel matematika ternyata memiliki masalah yang sama yaitu: banyak yang tidak mampu menjabarkan konsep-matematika secara matematis seperti mengaitakan simbol atau rumus dengan istilah yang lain, kurangnya kemampun dalam menafsirkan istilah simbolik dalam matematika, Untuk itu penulis menawarkan kepada bapak ibu guru untuk dapat melakukan suatu metode pembelajaran dengan mengefektifkan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai salah satu media dalam pembelajaran, bukan hanya untuk matematika tapi untuk ketiga kelompok mapel yaitu normatif, adaptif, dan produktif untuk kejuaruan.
Keuntungan memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran yaitu dapat menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan, memberikan pengalaman yang nyata kepada siswa, karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa, media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
Kenyataan yang kita hadapi saat ini selama pembelajaran baik online, maupun ofline di sekolah adalah siswa hanya menerima tugas, tugas dan tugas dalam bentuk pernyataan, bahkan soal semesterpun dibuat hanya pada pilihan ganda yang membuat nalar siswa menjadi bim salabim abra kadabra pilih a saja, atau c saja, mestinya tugas-tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran perlu diberikan secara kontektual. Dan selama proses belajar megajar daring maupun ofline berlangsung keaktifan siswa sangat kurang, Hal ini menggambarkan belajar secara online maupun ofline saat ini tidak jauh beda dengan pendekatan belajar tradisional dimana siswa hanya mendengar penjelasan dari guru sebagai sumber materi, menerima modul materi, mengerjakan soal pilihan ganda. Sedangkan kita ketahui kemampuan guru terbatas baik dari segi keterampilan maupun dari pengetahuan. Walaupun di gunakan juga sumber lain seperti buku teks, internet, modul namun sumber belajar tidak terbatas pada itu saja masih banyak sumber belajar lain yang dapat membantu dalam proses belajar mengajar, misalnya belajar
sumber-sumber belajar yang tesedia di lingkungan kita masih kurang di manfaatkan sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar juga kurang optimal sehingga mengakibatkan mutu pendidikan yang kita harapkan belum lagi tecapai.
Dengan demikian, berarti pendidikan dan proses pembelajaran khususnya, tidak cukup hanya dilakukan di dalam kelas ofline maupun kelas online untuk dapat memahami berbagai aspek kehidupan. Karena banyak hal yang tidak dapat secara langsung dipelajari dari dalam kelas, dan dijelaskan oleh guru dengan penjelasan secara verbal. Untuk itu, perlu menggunakan pendekatan yang kontekstual yaitu pemanfaatan lingkungan dalam belajar sebagai sumber belajar guna memberikan penjelasan yang lebih konkrit dan mendekati keadaan yang sebenarnya.
Mengapa penulis mengajak kita untuk mencoba kembali pada pendekatan lama untuk memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran ? Pada dasarnya penulis menilai bahwa konsep pengetahuan yang dipahami peserta didik di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila pendidik mengarahkan peserta didiknya untuk melihat konsep pengetahuan secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar, baik itu tugas reaction paper, maupun tugas-tugas ujian akhir semester, tidak perlu dengan banyak pernyataan atau nomor soal yang harus dikerjan tapi bagaimana kita memberi tugas atau soal ujian semester kepada siswa untuk melatih penalaran siswa melalui literasi dan numerasi secara kontekstual.
Secara teoritis pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mempunyai berbagai arti penting diantaranya lingkungan mudah di jangkau, biayanya relatif murah, objek permasalahan dalam lingkungan beraneka ragam sehingga dalam memilih sebuah kasus yang terjadi dimasyarakat tidak menutup kemungkinan peserta didik akan paham berbagai masalah sekaligus dan bisa dicarikan solusinya. Hal demikianlah yang menyebabkan peserta didik tidak bosan karena materinya menarik untuk dipelajari dan menuntut peserta didik untuk aktif. Selain itu sumber belajar yang besumber dari lingkungan akan tidak pernah habis dan tidak ada batasannya sehingga pendidik bisa leluasa memilih sumber belajar yang alami dari lingkungan. Selamat Hari Guru. Salam sukses.
Penulis adalah praktisi pendidikan. Tinggal di Kota Kupang.