Jumpa Relawan dan Simpatisan di Pulau Timor, MS -EMI Lewati Banjir dan Jalan Rusak

  • Whatsapp

Kupang, – Marianus Sae,S.AP – Ir. Emelia Julia Nomleni (MS – EMI) terus menemui masyarakat di desa-desa. Kali ini Calon Gubenur dan Wakil Gubernur asal PKB dan PDIP itu menyisir Pulau Timor, mulai dari Utara, Tengah hingga Selatan.
Selasa (16/1/18), MS – Emi mulai melakukan perjalanan dari Kota Kupang menuju Desa Kiubaat, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Saat menuju Kiubaat, MS – Emi yang dikawal puluhan awak Bajawa Trail Club (BTC) melewati 5 sungai dengan kondisi jalan sangat memprihatinkan. Disini, MS – Emi menemui ratusan warga desa yang telah menanti sejak pagi.
Setelah itu, MS dan Emi berpisah. Emi menemui masyarakat di bagian Selatan TTS, sedangkan MS menelusuri TTS bagian Tengah dari Desa Fatutnana, Kecamatan Noebeba hingga ke Kecamatan Kuanfatu dan Kolbano.

MS dan rombongan sempat di hadang banjir di sungai Oesena Fatutnana dan sungai Oebaki. Namun karena kegigihan MS untuk menemui masyarakat dan bantuan masyarakat setempat, akhirnya MS dan rombongan mampu melewati sungai yang saat itu sedang banjir besar.

MS bersama awak BTC dibantu masyarakat bahu membahu menyeberangkan sepeda motor dan logistik yang dibawa. Maklum disini tak ada jembatan. Lebar sungai mencapai 250 meter. Sudah berpuluh tahun kondisinya seperti ini.

Usai melewati sungai Oebaki, MS dan rombongan mampir di pertigaan Gereja Protestan Basmuti, Kuanfatu. Disini MS sejenak bercengkrama dengan warga lokal. Warga meminta MS Emi untuk jangan lupa Kuanfatu jika terpilih sebagai Gubernur NTT periode 2018-2023.

“Saya kesini untuk tahu, untuk lihat sendiri bagaimana kehidupan bapa mama disini. Pasti,,, pasti,,, kalau saya jadi gubernur, saya akan prioritaskan masyarakat desa, karena semangat kami adalah membangun NTT dari desa,” kata MS.

Dari Kuanfatu MS meneruskan perjalanan ke Kecamatan Kolbano dan mampir di rumahnya Kepala Dusun I Desa Pena, Maksi Kause. Disini telah berkumpul puluhan tokoh masyarakat dan menyatakan dukungan mereka kepada paket MS Emi.

Ketika jarum jam telah menunjukan pukul 22.00 Wita, MS pamit dan meneruskan perjalanan ke Kampung Babuin di Desa Haunobenak, Kolbano.
Setelah berdialog dengan ratusan warga Babuin, malam itu MS dan rombongan tidur di kediaman Thomas Sae, salah satu cece Raja Babuin Atu Sae.

Keesokan harinya, Rabu (17/1/18), MS kembali melajutkan perjalanan mengitari Pulau Timor yang dimulai dengan mendatangi Babuin Sonaf Fatutunan (Istana Babuin di atas batu) dan berdoa di kuburan Raja Babuin Atu Sae.

Setelah itu MS menuju Desa Op – Desa Skinu dan Desa Bokong, Kecamatan Toianas, TTS, menemui warga yang telah menunggunya.

Tepat pukul 14.42 Wita, MS bergerak menuju Kampung Bokong dari Desa Skinu. Lagi – lagi MS dan rombongan harus melewati banjir sungai Tamutu. Lebar sungai kira-kira mencapai 150 meter.

Menurut warga setempat, kondisi ini membuat mereka selalu terisolasi ketika musim hujan. “Kalau lagi hujan, kami tidak bisa kemana-mana. Tapi kalau musim kemarau, kami selalu kesusahan air bersih,” papar Nonci Misa (30), warga Desa Toianas.

Setelah menemui masyarakat Bokong, Ayotupas dan Oenlasi, MS dan rombongan kembali ke Soe, ibukota TTS, dan tidur di sana.

Keesokan harinya atau Kamis (18/1/18), MS melakukan pertemuan dengan para pengurus PKB dan PDIP TTS. Setelah itu, selama sehari penuh MS menemui masyarakat Soe di 5 titik pertemuan yang dipersiapkan oleh jajaran PKB PDIP dan relawan MS EMI TTS.

Jumat (19/1/18) siang, MS melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Dalam perjalanan, MS dan rombongan diguyur hujan besar dan dihadang pohon besar di Desa Seo (Kecamatan Noemuti) yang tumbang menghalangi jalan akibat hujan dan angin kencang.

Bahu membahu bersama awak BTC dan para pengendara yang terjebak, MS ikut membantu memotong dan mengevakuasi pohon Lamtoro yang tumbang. Setelah itu MS meneruskan perjalanan dan mampir melayat di salah satu rumah kerabat yang meninggal dunia di Kampung Nunhala, Desa Noebaun, Noemuti.

MS kemudian menemui masyarakat Noemuti yang berkumpul di kediaman Anggota DPRD NTT asal PDIP, Hiro Banfanu, persis di pinggir jalan negara Noemuti, kira-kira 400 meter dari rumah duka.

Setelah itu MS menemui masyarakat Desa Naob dan Haekto, Noemuti Timur. Disini, mulai dari cabang Oeperigi hingga ke pusat Desa Naob, kondisi jalan tampak rusak parah, panjangnya sekira 15 kilo meter. Menurut warga, mereka tidak diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) TTU karena dalam dua periode kepemimpinan Bupati Ray Fernandez, Ray selalu kalah di desa ini saat Pilkada.

“Selama ini kami tidak pernah diperhatikan. Lihat saja jalan kami, rusak rasak. Lumpur licin kalau di musim hujan. Debu di musim panas. Kalau musim hujan rasa rasanya di jalan ini kami ingin buat sawah saja,” papar salah satu tokoh masyarakat Naob, Agustinus Babys.

Di Naob, MS menyempatkan diri mengunjungi pasien Kusta di Rumah Sakit (RS) Kusta dan Cacat Umum Bunda Pembatu Abadi. “Disini terdapat pasien rawat sebanyak 35 orang dan 75 orang lainnya dalam masa rehabilitasi.

Sebenarnya masih banyak di kampung – kampung yang belum di bawa kesini,” kata Suster M Florida, salah satu perawat pasien kusta di RS Kusta dan Cacat Umum Bunda Pembatu Abadi Naob.
Dari Naob, MS kembali melanjutkan perjalanan ke Kefamenanu, ibukota TTU, untuk bertemu dengan ratusan pendukungnya yang telah berkumpul di Posko koalisi kerakyatan PDIP dan PKB di Kelurahan Kefamenanu Selatan, Kecamatan Kota Kefamenanu.

Kesokan harinya, Sabtu (20/1/18), MS dan Emi berkunjung ke Gereja Katolik Santo Nikolas Bijae Pasu dan menemui warga Desa Bijae Pasu, Kecamatan Miomafo Tengah, TTU. Disini MS dan Emi disambut ratusan warga dengan tarian Tebe.

Sepanjang jalan dari kota Kefamenanu menuju Bijae Pasu ratusan warga menghadang MS sekedar untuk foto selfie. Tua muda berebut ingin mendokumentasikan diri mereka bersama MS Emi.

Di Bijae Pasu, MS menceritakan kisah hidupnya sekaligus menginspirasi masyarakat setempat untuk tidak takut berjuang menjadi sukses.

“Jangan berkecil hati karena tinggal di kampung. Masa depan itu milik semua orang. Belajarlah, berusahalah, karena Tuhan pasti merestui orang yang mau bekerja keras. Saya lahir di pedalaman, besar di kampung, maka saya tahu bagaimana hidup masyarakat di pedesaan. Karena itu saya komit membangun NTT dari desa. Ini sudah saya buktikan di Ngada, dan sukses, ya hanya 3 tahun saya mampu membawa Ngada keluar dari status daerah tertinggal. Saya pernah jadi petani 5 tahun ketika putus sekolah. Karena itu saya tahu bagaimana penderitaan para petani, kesusahan para petani. Karena itu jika saya jadi gubernur, fokus saya adalah mengurus para petani, mengurus desa, menjadikan NTT maju dan mandiri,” kata MS.

Setelah itu MS berkunjung ke istana Biboki. Jaraknya sekitar 50 kilo meter dari Bijae Pasu. Disini MS dikukuhkan menjadi keluarga kerajaan yang ditandai dengan pengenaan pakaian kebesaran kerajaan Biboki.

Kepada Kaisar Biboki, Nesi Iba Usboko, MS menyerahkan sebilah parang Bajawa dan Lega (tas lokal Ngada) sebagai simbol perjuangan. Ketika menyerahkan parang dan tas, MS memanggil para leluhurnya dalam bahasa adat Bajawa untuk menyatu dengan para leluhur Biboki berjuang bersamanya menggapai kursi gubernur NTT periode 2018-2023.

Pangeran Biboki, Charles Usboko, menegaskan, Kaisar bersama ‘akar rumput’ kerajaan Biboki siap mendukung dan mengantar MS dan Emi ke kursi gubernur dan wakil gubernur.
Minggu (21/1/18) setelah pulang gereja, MS dan Emi meneruskan perjalan mereka ke Kabupaten Malaka melalui Oelolok, Kiupukan, TTU.

Usai menemui warga di sejumlah desa di Malaka, MS dijamu makan malam oleh Bupati Malaka Stef Bria Seran.

Komentar Anda?

Related posts