Industri Kreatif NTT Belum Ditunjang Infrastruktur

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Sektor Industri kreatif, kerajinan dan kuliner di propinsi NTT belum ditunjang dengan infrastruktur yang memadai. Padahal faktor penunjang berkembang ekonomi kreatif adalah ketersediaan lokasi, listrik dan jaringan internet.

Hal itu disampaikan akademisi Universitas Kristen Wira Wacana Sumba, Maklon F Killa, dalam seminar NTT Investment dan Development 2017 di aula Eltari Kupang, Rabu (20/12/2017).

Dikatakannya, bahwa secara teori basisnya industri kreatif itu ada pada sumberdaya manusia. Namun Daya industri kecil sangat tergantung pada infrastruktur. Sebagian besar industri itu di pedasaan.

“Beberapa kecamatan di NTT cari sinyal masih harus naik pohon. Padahal ketersediaan jaringan telekomunikasi membantu perkembangan industri kreatif. Mengikuti perkembangan harga. 70 persen industri kreatif ada di pedesaan,”ujarnya.

Permasalahan lain yang menghambat industri kreatif adalah ketersediaan listrik. Sebanyak 15,40 persen rumah tangga tidak terjangkau listrik PLN, dan 15,79 jalan raya sulit dijangkau kendaraan.

Industri kreatif itu, kata dia, relatif berkembang pada daerah yang maju dan penduduknya majemuk. “Data BPS, ada 434 spot obyek wisata di seluruh NTT. Hasil penelitian tahun 2016, Kota Kupang dan kabupaten Lembata potensial untuk industri kreatif,”tambahnya.

Menurut Maklon, jalan keluar untuk meningkatkan dan mengembangkan industri kreatif adalah kemitraan strategis antara semua sektor. Pemerintah swasta dan masyarakat.

Wali kota Kupang Jefirstson R Riwu Kore menambahkan bahwa pemerintah kota mempunyai tanggung jawab untuk menata kota Kupang termasuk ekonomi kreatif. Ke depan pemerintah memiliki tekad untuk menata wisata kuliner dan Industri kerajinan di kota Kupang.

“Industri kreatif akan memberikan efek yang baik. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal pertama yang dilakukan pemerintah adalah meningkatkan kualitas pendidikan,”katanya.

Dengan meningkatkan kualitas pendidikan, maka pola pikir masyarakat berubah bagaimana menghadapi tantangan. Berpikir untuk melakukan sesuatu bagi kemajuan kota Kupang.

“Pemerintah mencari tenaga – tenaga entrepreneur yang handal untuk mengajari pemuda. Pemerintah membantu anggaran untuk tranning secara gratis,”tambahnya.

Kata Jefri, bicara ekonomi kreatif itu, maka bicara juga kreatifitas dari pemimpinnya. Jefri mencontohkan tenun ikat di Kota Kupang belum diorganisir secara baik. Pemerintah telah memiliki konsep untuk menampung dalam satu gedung. Membangun pusat oleh – oleh yang besar.

“Ekonomi kreatif di kota ini baik. Penataan ekonomi kreatif di kota Kupang belum diatur dengan baik. Contoh, kuliner di kampung Solor tidak ada Toilet. Ke depan, kita tata dan disediakan fasilitas umum,”ujarnya.

Sementara Reynold Arthur Ivan Lay, ketua umum BPD HIPMI NTT mengatakan, NTT posisi ketiga daerah tingkat kemiskinan tertinggi per Maret 2017, setelah Papua dan Papua Barat. Walau dikategori tertinggal maka harus mempunyai optimisme bahwa NTT akan maju.

“NTT mempunyai peluang dan keunggulan, karen letak di antara dua negara Australia dan Timor Leste. Pariwisata akan menjadi pasar besar bagi ekonomi kreatif. Namun ada tantangan keterbatasan modal. Akses modal ke bank,”katanya.

Dikatakannya, ekonomi kreatif mempengaruhi Pendapatan Domestik Bruto, menyumbang pendapatab daerah dan menyerap tenaga kerja. Solusinya, pemerintah membantu memberikan akses permodalan, memberikan pendidikan dan pelatihan serta membuka akses pasar. (Pelipus Libu Heo)

Komentar Anda?

Related posts