Dira Tome : Mendamaikan Budaya dan Pendidikan Lewat Lontar Hybrida

  • Whatsapp

Menia, seputar-ntt.com – Niat Pemerintah Daerah Kabupaten Sabu Raijua untuk merekayasa genetika terhada pohon lontar menjadi hybrida bukan hanya isapan jempol belaka. Pasalnya, Pemkab Sabu Raijua telah menggandeng tim ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM) Jokjakarta, untuk melakukan penelitian dan ujicoba rekayasa genetika pohon yang menjadi ikon pulau sejuta lontar tersebut.

Dalam pertemuan bersama dengan tim ahli dari UGM,  Kamis, (05/11/15), Bupati Marthen Dira Tome mengatakan, niatnya untuk menjadikan pohon lontar menjadi hybrida layaknya pohon kelapa hybrida agar budaya masyarakat Sabu Raijua yang menggantungkan hidupnya pada pohon lontar tidak tergerus zaman.

“Kita sedang mengusir ketakutan dari anak cucu kedepan untuk menyadap lontar yang sangat tinggi dan rentan terjadi kecelakaan yang dapat mengancam keselamatan jiwa,” ungkap Dira Tome didepan para camat, lurah, kepala desa dan tokoh masyarakat serta seluruh pimpinan SKPD di Sabu Raijua.

Marthen Dira Tome juga mengatakan, alasan lain yang membuat Pemkab Sabu Raijua serius menjadikan lontar hybrida adalah untuk mendamaikan dunia pendidikan dengan kebudayaan masyarakat.  Alasannya, dari masa ke masa pendidikan akan semakin maju dan tidak ada orang tua yang mau anaknya sekolah tinggi dan bergelar serjana tapi akhrnya harus menjadi penyadap lontar.

“Dengan demikian kita juga sedang mendamaikan budaya dan dunia pendidikan, sebab lewat pendidikan itulah kita cari cara untuk tetap memilihara budaya kita. Percaya atau tidak, 50 hingga 60 tahun kedepan, budaya sadap nira yang menjadi ikon Sabu Raijua akan hilang. Dengan lontar hybrida, masyarakat tidak takut lagi menyadap lontar bahkan pekerjaan tersebut bukan hanya dapat dilakukan oleh pria dewasa namun juga bisa dilakukan semua orang baik itu anak – anak hingga kaum wanita,” ungkapnya.

Dengan demikian kata Marthen Dira Tome maka dengan sendirinya produksi nira di Sabu Raijua akan semakin banyak, yang akan berimbas pada terciptanya lahan industri baru seperti industri pembuatan kecap, minuman beralkohol yang memiliki merek dagang, bio etanol dan  produksi lain yang menggunakan bahan dasar Gula Sabu.

“Kita harus optimis bahwa ini bukan pemikiran di taman hayal. Bukan sesuatu yang sulit untuk menjadikan lontar hybrida. Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin canggih maka rekayasa genetika terhadap pohon lontar bukan sesuatu yang mustahil,”pungkasnya.

Sementara tim ahli dari UGM, Prof, Dr, Ir, Fransiskus X. Wagman, menjelaskan upaya merekayasa genetika pada pohon lontar tidak begitu sulit lantaran pohon lontar memiliki dua varietas yakni lontar jantan dan betina, sehingga akan semakin mudah mengawinkannya. Berbeda dengan kelapa yang agak sedikit sulit karena kelapa hanya memiliki satu varietas yang bisa berbunga dan berbuah sendiri.

“Keseriusan pak Bupati dan Pemerintah Sabu Raijua untuk mengembangkan lontar hybrida patur diapresiasi. Sebab baru Sabu Raijua yang memiliki niat seperti itu dan akan menjadi contoh buat daerah lain di Indonesia,” ungkapnya.

Wagman mengungkapkan, di indonesia sendiri, pemerintah pusat melihat pohon lontar sebagai komoditi kesekian untuk di kembangkan karena pemerintah pusat lebih fokus pada pengembangan kelapa dan kelapa sawit. “Saya berjanji akan secepatnya mewujudkan harapan Pemkab dan masyarakat Sabu Raijua untuk mendapatkan pohon lontar hybrida,” tutupnya. (dedy lay doma)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *