Bongkar Sepak Bola Nagekeo

  • Whatsapp

Refleksi ETMC 2017 DI KAB.ENDE

Putus sudah harapan masyarakat Nagekeo yang ingin menyaksikan tim sepak bola kesayangannya  unjuk gigi  di  ajang  El  Tari Memorial  Cup  di  Ende  tahun 2017.  Persena  Nagekeo  yang  diunggulkan  di  Pool  B,kalah  bersaing  dengan  Persesba  Sumba  Barat,  Persewa  Waingapu,  Persuteng  Sumba  Tengah  dan Persemal Malaka yang merupakan kabupaten baru.

Sepak bola adalah olah raga yang sangat populer bagi seluruh lapisan masyarakat Nagekeo.  Tidak heran, gagal lolosnya Persena  ke babak  knock out  menjadi pukulan telak  yang mendarat di hati pencinta bola se-kabupaten Nagekeo.

Bergengsinya  ETMC  bagi  masyarakat  NTT,  membuat  pertaruhan  harapan  pada  tim  kesayangan  tidak hanya  menitik  beratkan  pada  permainan  sepak  bola  semata  tetapi  juga  nama  baik  daerah.  Apalagi Nagekeo  adalah  gudangnya  pemain-pemain  top  sepak  bola  sebut  saja  Maksi Kami  dan  Emil Dai Lena. Prestasi tertinggi sepak bola Nagekeo adalah semi final ETCM di Labuan Bajo tahun 2013.

Beragam  analisa mewarnai perjalanan  pulang Persena  mulai dari persiapan teknis sampai  isu-isu politis yang menjadi bumbu obrolan masyarakat. Singkatnya Laskar Ebu  Lobo sudah terlanjur sakit hati dengan terhentinya Persena diajang ETMC.

Tahun 2016  pemerintah kabupaten Nagekeo  menggelar Konferensi  Luar Biasa (KLB) untuk  membentuk kepenggurusan  Asosiasai  Kabupaten  (ASKAb)  Persatuan  Sepak  Bola  Seluruh  Indonesia  (PSSI)  Nagekeo yang  mandek  kurang  lebih  lima  tahun.  KLB  pun  menjadi  harapan  untuk  menyelamatan  sepak  bola Nagekeo.

Kristianus Dua dipilih  sebagai  ASKAB  Kabupaten  Nagekeo  periode 2016/2020  dengan  tugas melakukan persemaiaan  atlet  di  berbagai  cabang  olahraga  secara  khusus  sepak  bola.  Reformasi  tata  kelola kepengurusan PSSI Nagekeo,  ditandai dengan terlaksnanya event  besar seperti  Hari Olah Raga Nasional (Haornas), Bupati Cup, dan pertandingan-pertandingan di tingkat kecamatan.

Meskipun  demikian,  masih  banyak  bibit-bibit  unggul  pesepak  bola  di  pelosok-pelosok  desa  Nagekeo yang belum mendapat akses masuk pembinaan. Proses penjemputan pemain di kampung-kampung pun dianggap  belum  optimal.  Hal  ini  ditunjukan  dengan  komposisi  pemain  Persena  di  ETMC  2017  lebih didominasi  pemain  dari  kota.  Tak  pelak,  masalah  ini  memunculkan  isu  tidak  sedap  seperti  nepotisme baik dalam rangkaian perekrutan pemain maupun manejerial Persena.

Penulis  mencoba memberikan sumbangsi pemikiran untuk perkembangan sepak bola Nagekeo  melalui coretan sederhana ini. Pertama, sepak bola maupun jenis olah raga apa pun membutuhkan fasilitas yang memadai.  Sebagai  informasi,  Bupati  Malaka  Dr.  Stef  Bria  Seran,  sehari  setelah  mengikuti  seremonial pembukaan  ETMC  di  Ende,  langsung  pulang  ke  Betun  dan  melakukan  peletakan  batu  pertamapembangunan  Stadion  berkapasitas  30.000  penonton.

Bagaimana  dengan  pemerintah  Kabupaten Nagekeo ?  Tidak  harus  se-megah  Santiago Bernabeu atau Wembley, sudah saatnya Nagekeo memiliki satu  stadion  di  kota  sebagai  pusat  pembinaan  dan  digelarnya  kompetisi  bergengsi  tingkat  kabupaten, dan minimal satu lapangan sepak bola di setiap desa.

Kedua,  kompetisi  rutin  di  beberapai  jenjang  umur  perlu  dilakukan  sebagai  bentuk  pembibitan  dan pembinaan  untuk  Persena U-16, Persena U-20, Persena U-23 dan senior.  Dengan begitu Persena akan menjadi  tim  yang  selalu  siap  dalam  mengikuti  berbagai  kompetisi  bahkan  lebih  dari  itu  Persena memberikan inspirasi baru bagi perkembangan sepak bola NTT.

Ketiga,  majunya  sepak  bola  tidak  terlepas  dari  manajemen  yang  berkualitas  mulai  dari  manajemen pembinaan  pemain,  pengelolaan  fasilitas  dan  suporter.  Tentu,  manajemen  yang  diharapkan  adalah manajemen yang jauh dari korupsi, kolusi dan nepotisme  serta terlepas dari kepentingan politik dalam bentuk apa pun.

Keempat,  kualifikasi pelatih sangat menentukan keberhasilan sebuah tim untuk sukses dalam mengikuti kejuaraan  atau  kompetisi.  Pemerintah  Negekeo  jangan  takut  rugi  mengirimkan  putra-putra  terbaik untuk  mengikuti  pendidikan  kepelatihan  bila  perlu  sampai  menghasilkan  pelatih  berstandar  nasional yang objektif dalam menilai  dan memilih  pemain  serta bertanggung jawab atas  seluruh  perjalanan tim.

Belajar dari salah satu mantan  manajer Timnas  Thailand  Kachron  Chearavanot  yang  mengundurkan diri akibat  gagal  membawa  Thailand  ke  Piala  Dunia  tanpa  ada  tekanan  dari  pihak  manapun,  Persena membutuhkan pelatih yang berjiwa besar untuk kemajuan sepak bola Nagekeo.

Goresan  ini  muncul  bukan  karena  sebagai  pendukung  Nagekeo,  penulis  gagal  move-on.  Pemikiran  ini justru lahir dari suatu harapan yang melambung tinggi agar  sepak bola Nagekeo  berjaya  baik ditingkat lokal  maupun nasional. Apalagi  sebagai mantan  pemain bola, penulis mempunyai naluri untuk menang dan selalu menang, dengan mimpi teriakan  “Seka Talo”  terus bergema sampai pada puncak kejuaraan yang diikuti oleh Persena.  Ayo Bangun Nagekeo dari seapak bola !  Salam  Bravo Nagekeo,  “To’o  Jogho Wangga Sama”.

Saturminus Jawa

(Mantan pemain PERSENA di ETMC dan Piala Gubernur)

Komentar Anda?

Related posts