Berkhianat Saat Perang, Bersorak Saat Menang

  • Whatsapp

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap ada perhelatan politik selalu ada pengkhianat. Ada yang kasat mata ada pula yang menggunting dalam lipatan. Mereka licin seperti belut, licik laksana ular dan buas bak serigala. Hal itu tak luput ketika perhelatan politik di Sabu Raijua tahun 2015 silam. Yang dulunya adalah kawan seperjuangan berubah menjadi lawan yang mematikan. Terori berkhianat saat perang dan bersorak saat menang sangat nyata ketika Mandiri menjadi pemenang di Sabu Raijua.

Bukan mengungkit luka lama yang belum sembuh tapi tulisan ini untuk mengingatkan kita tentang kerasnya sebuah perjuangan untuk dijadikan pelajaran sehingga selalu mawas diri. Tidak bisa dipungkiri bahwa lawan sejati dari Paket Mandiri kalah bertarung kemarin adalah mereka yang pernah merasakan masa-masa indah lalu berbalik menjadi pembunuh yang begitu cepat melupakan tentang kebaikan.

Saat bertarung, mereka yang memilih menjadi pengikut Yudas dalam kisah Kitab Suci secara lantang dan tak gentar berteriak, untuk melepaskan Barabas. Teori sesat pikir mereka jalankan hanya dengan satu tujuan supaya Marthen Dira Tome dan Nikodemus Rihi Heke tidak lagi terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati untuk kedua kalinya.

Walaupun harapan dan mimpi mereka tidak menjadi kenyataan tapi satu hal yang nyata bahwa ada yang tanpa canggung bersorak bersama pendukung Mandiri ketika Marthen Dia Tome dan Nikodemus Rihi Heke memangkan pertarungan di Sabu Raijua. Sejumlah alasan menjadi tameng kenapa mereka memilih jalan lain dan bukan bersama Mandiri.

Kekuasaan, jabatan dan kenikmatan memang selalu menjadi penggoda dan mampu menyiri orang untuk memilih jalan lain. Siapa Bupati dan Wakil Bupati Sabu Raijua sudah dikukuhkan dan itu secara tegas menyampaikan bahwa mimpi mereka tidak menjadi nyata.

Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Ibrahim Agustinus Medah bahkan secara tegas mengatakan bahwa Kader Golkar yang duduk di Lembaga DPRD Kabupaten Sabu Raijua akan diberi sanksi tegas bila tidak bekerja untuk memenangkan Pasangan Marthen Dira Tome dan Nikodemus Rihi Heke atau Paket Mandiri Jilid dua dalam Pilkada Sabu Raijua. Saksi berat akan diberikan hingga Pergantian Antar Waktu (PAW)

“Bagi anggota yang tidak disiplin kita akan berikan tindakan tegas sesuai aturan dan AD/ART Partai Golkar. Tindakan ini berlaku sama bagi semua kader Golkar, sehingga bagi anggota DPRD yang tidak bekerja akan kita beri tindakan tegas hingga PAW,” tegas Medah.

 

Dia mengatakan, dukungan yang diberikan Partai Golkar kepada Paket Mandiri tidak lahir begitu saja, namun melihat arus dukungan rakyat yang kuat terhadap paket Mandiri serta track record mereka selama memimpin Kabupaten Sabu Raijua. Untuk itu ketika Golkar telah menyatakan dukungan maka wajib hukumnya bagi para kader untuk bekerja sesuai perintah partai.

“Jadi ketika DPP bertanya kepada saya mengenai siapa yang akan didukung oleh Partai Golkar dalam Pilkada Sabu Raijua, saya langsung menyampaikan tetap memberikan dukungan kepada incumbent dengan pertimbangan dukungan besar dari rakyat serta kenerja mereka selama memimpin Sabu Raijua. Darisitulah kemudian DPP memutuskan untuk memberi dukungan kepada Paket Mandiri,” ungkap Medah.

Sebagai orang yang berperan penting dalam membentuk Kabupaten Sabu Raijua kata Medah, dirinya sangat bangga dengan apa yang telah di lakukan oleh Bupati Marthen Dira Tome dan Nikodemus Rihi Heke selama memimpin daerah ini selama satu periode.

“Mereka telah bekerja melampaui apa yang saya pikirkan dan melampaui apa yang seharusnya mereka kerjakan. Mereka telah menciptakan program bagimana daerah ini bisa survive serta memberi jaminan masa depan bagi masyarakat di Sabu Raijua,” pungkas Medah.

Salah satu tradisi yang masih terpelihara dalam kehidupan  orang Sabu Raijua saat ini adalah “cium Sabu”. Namun ciuman tulus tanpa dendam yang  mengurat akar dalam kehidupan anak cucu Hawu Miha ini tidak berlaku dalam politik. Pasalnya ada yang datang dengan ciuman “getsemani” yakni pelukan untuk membunuh lawan dengan berbagi isu politik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa isu adalah senjata ampuh yang dipergunakan untuk membuat  lawan tersungkur. Tak penting apakah isu yang ditebar mumpuni atau tidak tapi itu adalah strategi yang selalu mengental dalam setiap hajatan politik. Namanya juga isu, sehingga perlu kecerdasan untuk mencari  kebenaran yang sahih didalamnya. Seiring waktu yang kian dekat dengan Pemilukada, isu yang menyerang Paket Mandiri kian kental dilontarkan lawan politik. Seperti kentut, sulit untuk menemukan sumber, tapi baunya menyesakkan hidung.

Bagi Marthen Dira Tome dan Nikodemus Rihi Heke, isu yang dilontarkan lawan adalah suplemen yang baik untuk menambah energi dalam menyerap aspirasi masyarakat Sabu Raijua. Mereka seperti tak kehilangan tenaga berjalan dari kampung satu ke kampung lainnya untuk bertemu langsung dengan masyarakat. Merka tidak pernah terganggu dengan kabar angin atau kabar  burung yang sengaja dihembuskan lawan. Bagi mereka dukungan masyarakat lebih penting dari pada sekedar menanggapi isu tersebut.

Saat ini pihak lawan sedang mengumpulkan semua isi pidato Marthen Dira Tome untuk dijadikan senjata guna menyerang balik Dira Tome. Mereka mengkritisi soal kenapa Pemerintah sekarang banyak menempatkan orang dari luar Sabu Raijua pada posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Mereka lupa bahwa Sabu Raijua masih bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang semua suku bangsa memiliki hak untuk berbhakti bagi Sabu Raijua.

“Jika kemudian ada pegawai yang saat ini sedang menduduki posisi startegis dalam birokrasi seperti yang mereka katakan, maka tanyakan kepada Penjabat Bupati waktu itu kala menempatkan para pegawai hingga pejabat waktu dia berkuasa di daerah ini. Harus diingat pula bahwa semua PNS yang pindah dari Kabupaten Kupang ke Kabupaten Sabu Raijua adalah hasil persetujuan antara Bupati Kupang dan Penjabat Bupati Sabu Raijua, ” ujar Dira Tome.

Tak tanggung-tanggung, lawan politik dengan lugas dan percaya diri mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah semuanya mubasir. Mereka bicara seperti orang suci yang tidak punya noda. Tiga pabrik yang dibangun oleh pemeritahan Marthen Dira Tome dan Nikodemus Rihi Heke, dikatakan akan mubasir dan hanya menghabiskan uang rakyat. Mereka melontarkan isu dengan kata AKAN, tanpa ada pembuktian dari apa yang mereka isukan kepada masyarakat.

“Hanya mereka yang tidak percaya diri dan memiliki niat jahat yang selalu menebar isu. Semua orang tahu bahwa sebuah isu kadang tidak memiliki kebenaran hakiki. Mungkin mereka berpikir masyarakat di Sabu Raijua terlalu gampang untuk dibodohi hanya dengan isu murahan yang tidak memiliki bukti,” Habel Miha Gili, Warga Kelurahan Limaggu Sabu Timur.

Sebagai masyarakat Sabu yang telah merasakan sentuhan pembangunan dan bantuan pemerintah kata Habel, tidak akan membuat masyarakat buta hanya lantaran isu-isu negatif. Kalaupun ada yang termakan isu,  hanya mereka yang selama ini memang berbeda politik dengan pemerintah yang sedang bekerja saat ini. Kebenaran dan kenyataan tidak bisa dinafikan hanya dengan retorika yang menyesatkan pikiran.

“Biasanya yang selalu jadi racun adalah orang-orang yang hidupnya diluar Pulau Sabu. Mereka selalu datang dengan mulut manis seakan-akan mereka lebih hebat, padahal tidak ada bukti. Coba saya tanya, selama mereka jadi pejabat di Provinsi sana, apa yang sudah mereka berikan untuk Sabu Raijua dengan posisi yang mereka miliki. Jangan karena untuk merebut kursi kekuasaan lalu mencela orang yang sudah berbuat bagi daerah ini,” ketusnya. (joey rihi ga)

Komentar Anda?

Related posts