Angka Kematian Ibu dan Bayi di Manggarai Capai 31 Kasus

  • Whatsapp

Ruteng, seputar-ntt.com – Terhitung sejak Januari-Juni 2016, angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Manggarai mencapai 31 kasus. Pada tahun 2015 lalu angka Kematian Ibu dan Bayi sebanyak 104 kasus. Kematian Ibu terjadi akibat  beberapa faktor hipertensi maupun infeksi sementara Kematian bayi akibat gagal bernafas, prematur maupun lahir dibawah 2500 gram.

“Kita masih menunggu laporan untuk kasus kematian bayi yang terjadi beberapa bulan kedepan,mungkin saja terjadi peningkatan persoalanya jumlah angka kelahiran di manggarai rata rata 6000 ribu per tahun,kita tidak tahu terjadi penambahan atau tetap angka kematian ibu dan bayi tersebut” Papar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai dr. Yulius Weng, Kamis (30/6/2016).

Dia merincikan dari 31 kasus  tersebut, 29 kasus kematian bayi dan dua kasus lainya merupakan angka kematian ibu. Tiga komponen untuk menghitung angka kematian ibu dan bayi  terhitung sejak masa kehamilan, setelah melahirkan dan 42 hari setelah melahirkan.

“Kematian ibu disebabkan beberapa faktor misalkan pendarahan, hipertensi saat  kehamilan dan infeksi sementara kematian pada bayi  disebabkan oleh gagal bernapas,prematur atau  tidak cukup bulan sehingga berat bayi yang dilahirkan dibawah 2500gram,” katanya.

Kematian ibu dan bayi juga bisa dipengaruhi oleh status ekonomi, makanan bergizi dan jumlah anak dalam suatu keluarga. Langkah yang ditempuh oleh Dinas Kesehatan terhadap kematian ibu dan bayi yakni dengan melakukan audit setiap kasus untuk mengetahui alasan mendasar dan penyebab terjadinya kematian ibu dan bayi.

“Kalau dapat laporan tim kami langsung turun ke lokasi, kadang  juga laporan bidan desa hanya melakukan pembelaan diri sehingga laporan semuanya baik” jelas Weng

Dia menjelaskan, pihaknya memiliki dokter spesialis dan bidan yang berkompeten untuk mengaudit persoalan setiap tiga bulan. Jika terjadi kematian ibu dan bayi maka bidan yang bertugas di Poskesdes, Pustu dan puskesmas bersangkutan akan mempertanggungjawabkan dihadapan tim ahli melalui materi presentasi penanganan terhadap pasien.

“Untuk mengatasi masalah ini kita melakukan pelatihan terhadap para bidan agar benar-benar memahami penganan ibu hamil disaat melahirkan. Sejauh ini kesadaran ibu hamil untuk melahirkan di Poskesdes, Pustu dan Puskesmas semakin meningkat dengan presentase 93 persen sedangkan sisanya masih mengandalkan dukun,” jelas Weng.

Penyebaran kematian bayi tertinggi kata Weng, terjadi di Puskesmas Cancar dengan enam kasus disusul Puskesmas Pagal, Puskesmas Wae Codi 3 kasus, Puskesmas Wangko, Bangka Kenda dan Beamese masing-masing dua kasus. Sementara puskesmas Reo, Ketang, Watualo, Timung, Kota, Lao, Iteng, Ponggeok, Narang, Dintor dan puskesmas Langkemajok masing-masing satu kasus. Sementara dua kasus kematian ibu terjadi di puskesmas Reo dan Wae Codi.

“Penyebaran tenaga kesehatan sudah merata sampai di tingkat desa dan pemerintah berkomitmen pada tahun 2017 diseluruh pelosok. Sejauh ini ada enem desa yang belum miliki fasilitas kesehatan” Tutur Weng. (kons hona)

Komentar Anda?

Related posts