659 Kilometer dan Tujuh Malam Bersama Victory-Joss di Nusa Bunga

  • Whatsapp

Larantuka, seputar-ntt.com – Tujuh malam Sembilan hari dengan jarak tempuh 659 kilometer menjadi pengalaman yang tak terupakan dalam safari politik yang luar biasa bersama Calon Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nae Soi di Pulau Flores. Pulau yang diberi nama Caboda Flora atau Nusa bunga ini menoreh sejuta kisah tentang mimpi dan pengorbanan dalam ritus dan tari. Kami memulai perjalanan dari desa Compa Longgo, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat pada Jumat 26 Januari 2018 dan mengakhirinya pada 3 Februari 2018 di Kota Reinha Rosari, Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Sebuah perjalanan yang penuh kisah dalam balutan lelah, tawa dan canda.

Sejak tiba di Pulau Flores Viktor, Laiskodat dan Josef Nae Soi bergerak tanpa henti. Hanya malam hari saja yang digunakan mereka untuk jeda dan menghalau lelah saat tidur. Berbagai elemen masyarakat mereka temui, baik dalam pertemuan terbuka maupun tertutup. Dari pertemuan formal hingga sekedar bincang-bincang bersama rakyat yang dilalui dalam perjalanan membelah pulau Flores. Semua itu dilakukan oleh Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi untuk NTT yang lebih baik. Mereka menyebarkan semangat kebangkitan NTT dengan menawarkan berbagai mimpi dan cita supaya wilayah kepulauan ini terlepas dari berbagai stigma buruk yang melekat selama ini dan menjadi warisan untuk generasi penerus.

Dalam perjalanan dengan jarak tempuh 659 kilometer tersebut, banyak ritus dan doa bagi dua putra terbaik NTT itu. Mereka berkejaran dengan waktu sebab pasangan lain yang juga ingin memimpin NTT telah jauh lebih dulu bekerja. Jika menggunakan motor, maka mereka sedang pasang gigi 4 dengan kecepatan diatas rata-rata. Walaupun demikian semangat dan daya juang mereka semakin membara, dan mampu menghalau pergi semua rasa lelah. Sambutan yang luar biasa dari masyarakat terhadap mereka seperti bahan bakar yang tak pernah habis membakar semangat mereka untuk terus mengabarkan tentang apa yang ingin mereka lakukan di NTT dan kenapa mereka harus turun gunung dari ibukota Negara.

Kedua manusia ini bukan tak punya kerja di Ibu Kota, Viktor Laiskodat sebagai Ketua Fraksi Nasdem DPR RI adalah sebuah posisi yang strategis secara politik nasional. Posisi yang demikian penting Viktor tinggalkan demi masyarakat NTT yang harkat dan martabatnya dipandang sebelah mata oleh daerah lain di Indonesia. Demikian juga dengan Josef Nae Soi. Sebagai mantan DPR RI dua periode yang duduk di komisi yang mengatur infrastruktur dan sekarang sebagai staf ahi Kemenkumham sudah dipilih untuk menjadi duta besar di Amerika Lati. Semua tawaran dan jabatan yang mentereng itu mereka tingalkan demi rasa cinta terhadap NTT. Dulu mereka pergi merantau ke Jakarta dengan tangan hampa, tapi saat ini mereka telah memiliki segalanya.

“Saya mau ketika saya meninggal dia, ada sekian banyak orang yang menangisi kepergian saya karena ada hal-hal yang baik dan tak akan dilupakan yang saya lakukan demi daerah ini yang membuat mereka bersedih hati. Saya tidak mau mati dalam sumpah serapah orang,” ungkap Viktor Laiskodat dalam berbagai kesempatan saat bertemu masyarakadi Pulau Flores.

Mengurus NTT dengan berbagai persoalan yang sudah mengurat akar, membutuhkan pemimpin yang punya hati terhadap rakyatnya dan tidak lagi berfokus pada kepentingan diri maupun kelompok. Rasa cinta itulah yang membunuh tiap lelah dan penat dalam tubuh Viktor Lakodat dan Josef nae Soi saat menyusur pulau Flores dari ujung Labuhan Bajo Hingga ujung Kota Larantuka. Bisa saja mereka jalan dengan Jet pribadi untuk menghemat waktu dan tenaga, tapi mereka tak mau kehilangan kesempatan untuk tetap bersentuhan dengan masyarakat di sepanjang trans Flores.

Mulai dari pertemuan formal hingga hanya sekedar duduk di bawah pohon rindang untuk menyapa warga, dilakukan oleh Putra Asli Semau dan putra asli Ngada ini. Tak jarang mereka harus berhenti di jalan karena ada relawan yang menahan mobil mereka hanya untuk sekedar berjabat tangan atau foto bersama. Keduanya tak sungkan pula untuk menerima setiap uluran tangan masyarakat mulai dari sirih pinang, air kelapa mua hingga moke bakar menyala. Viktor dan Josef pun selalu menyesuaikan pakaian mereka dengan masyarakat setempat. Mereka tak sungkan untuk menggunakan sarung dan sandal saat bertemu masyarakat. Walaupun serius dalam mendengar setiap keluhan masyarakat, namun tak jarang pula mereka terbahak-bahak bersama rakyat yang mereka cintai.

Viktor Laiskodat mengatakan, Tuhan Allah menciptakan pulau Flores dalam keadaan tersenyum sehingga pulau itu begitu indah dan menawan seperti gadis cantik yang menawan hati setiap insan dengan kecantikannya. Tidak Cuma indah tapi juga setiap kabupaten memiliki komodti unggulan yang bisa menghidupi setiap warganya. Keindahan dan potensi itulah yang membuat Viktor dan Josef menawarkan pengembangan pariwisata sebagai lokomotif pembangunan NTT. Viktor sendiri telah melakukan penelitian terhadap 44 objek wisata di NTT untuk tesisnya, sehingga bicara pariwisata bersama rantai nilainya sudah dipahami secara benar oleh paket Victory-Joss.

Bukan hanya Pariwisata yang dijual oleh Victory-Joss. Mereka juga telah bertekad untuk memenuhi kekurangan garam secara nasional dimana Indonesia masih mengimpor dari Austalia. NTT sebagai Provinsi kepulauan dengan garis pantai yang begitu panjang adalah potensi yang harus dimanfaatkan secara maksimal untuk pengembangan garam. “Kita memiliki panas 9 bulan dengan kondisi angin yang sangat baik untuk produksi garam. Ketika kita mampu mengambil bagian dari kebutuhan nasional, maka disitulah marwah dan harga diri kita dihitung secara nasional. Saat ini kita impor garam mencapai 4 juta matriks ton setap tahun dan jika kita mampu memenuhi sabagian dari kebutuhan itu, maka NTT akan mengalami lompatan yang luar biasa dari sisi pendapatan. Tidak hanya itu, NTT juga akan diperhitungkan dan dihargai oleh daerah lain karena turut berperan dalam memenuhi kebutuhan nasional,”ungkap Viktor.

Selama tujuh malam di Pulau Flores, Viktor dan Josef senantiasa bertandang ke sentra pendidikan seperti perguruan tinggi untuk berteme para cendekia dan generasi penerus yang sedang menimba ilmu. Mereka juga selalu menyisihkan waktu untuk menemui para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mendengar dan memohon doa. Viktor juga menyempatkan diri untuk memberi kuliah umum di Universitas Nusa Nipa (Unipa) di Maumere, bertukar pikiran dengan Rektor Universitas Flores (Unflor) di Ende, hingga berkunjung ke Seminari Hokeng di Flores Timur. Dihadapan para mahasiswa Viktor memaparkan mimpi besarnya membangun NTT. Tidak hanya berkunjung ke sentra pendidikan, Viktor mengakhiri safari politiknya di Pulau Flores dengan berdoa di berbagai tempat suci di Kota Reinha Rosari Larantuka. (joey rihi ga)

 

Komentar Anda?

Related posts